Senin, 11 Januari 2016

Isi Skripsi Ahmad Arifin Zain

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan alam merupakan salah satu mata pelajaran yang penting yang harus dikuasai oleh siswa. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah  yang dapat diidentifikasikan. Implementasi IPA diperlukan secara  bijaksana agar tidak berdampak buruk pada lingkungan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inquiry untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Pendidikan yang baik ialah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.[1]
Seorang pendidik seharusnya menyadari apa yang seharusnya dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang efektif di dalam proses pembelajaran supaya pembelajaran mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini tugas seorang guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua peserta didik. Biasanya suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan akan banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis.[2]
Guru yang berkompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelas, sehingga peserta didik merasa senang dan semangat dalam mengikuti pelajaran.[3] Guru harus dapat menciptakan kondisi proses pembelajaran yang memberikan kepada siswa untuk berpikir, berpendapat dan berkreativitas sesuai dengan perkembangan yang dimiliki.
Seorang guru yang berkompeten dapat membawa peserta didiknya kepada tujuan yang telah ditetapkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Namun, tercapainya tujuan pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh guru saja. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yaitu implementasi strategi pembelajaran. Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara implementasi seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya, seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik.[4]
Oleh sebab itu, untuk mewujudkan proses pembelajaran yang lebih bermakna dengan hasil prestasi siswa yang tinggi, guru harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode, media dan strategi pembelajaran.
Berdasarkan observasi pendahuluan dan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 12 September 2014 penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPA siswa bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat dan menghafal materi pelajaran, akan tetapi siswa juga dihantarkan untuk aktif  berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.[5] Kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk mengembangkan inquiry, mengembangkan ketrampilan berpikir dan mengembangkan kemandirian serta percaya diri.
Metode inquiry tercipta melalui konfrontasi intelektual dimana siswa dihadapkan pada suatu situasi yang aneh dan mereka mulai bertanya-tanya tentang hal tersebut.[6] Inquiry merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif dan menghormati pendapat orang lain.
Dengan metode inquiry akan diawali dengan beberapa pertanyaan yang dirancang dalam konteks yang relevan dengan materi pelajaran, sehingga boleh jadi siswa dapat lebih mudah memahami konsep IPA dan cara mengaitkannya dalam kehidupannya dan dapat menghafalnya lebih lama, akan tetapi proses penghafalan yang tidak terlalu dirasakan oleh siswa.
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di MI Ma’arif NU Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga. Penulis merasa tertarik memilih lokasi ini, karena MI Ma’arif NU Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga merupakan sebuah madrasah yang sudah dapat dikatakan berhasil dalam menerapkan metode pembelajaran inquiry.
Diperkuat dengan pernyataan Kepala Sekolah, Sulam Taufik, bahwa MI Ma’arif NU Kramat berhasil meraih prestasi dalam mata pelajaran IPA yaitu Juara 1 Kompetisi Sains Madrasah tingkat Kecamatan tahun 2014 (ranking 7 se Kabupaten Purbalingga) dan lulusan terahir di MI Ma’arif  NU Kramat pada mata pelajaran IPA nilai rata-rata nya mencapai 7,5. Selain itu, MI Ma’arif  NU Kramat mempunyai kelebihan dibandingkan sekolah yang lain, MI Ma’arif  NU Kramat telah merutinkan kegiatan sholat dhuha dipagi hari, dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas untuk menunjang pembelajaran yaitu; perpustakaan, laboratorium IPA, ruang multimedia (hot spot area), peralatan olahraga, alat musik baik klasik maupun modern. Adapun prestasi dalam bidang non akademik antara lain; juara 1 lomba lari 100 M putri tingkat Kecamatan tahun 2013, juara 1  lomba sepakbola mini tingkat Kecamatan tahun 2013, juara 2 lomba MTQ putri tingkat Kecamatan Tahun 2014, dan lain-lain.[7]
Berangkat dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih rinci tentang berbagai hal yang terkait dengan implementasi metode pembelajaran inquiry pada mata pelajaran IPA. Untuk itulah penulis melakukan penelitian dengan judul ”Implementasi Metode Pembelajaran Inquiry Dalam Pembelajaran IPA Di MI Ma’arif NU Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B.     Definisi Operasional
Untuk memfokuskan penelitian serta menghindari kesalah pahaman dan penafsiran yang salah oleh pembaca, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang terkandung dalam judul diatas. Adapun penjelasan istilah-istilah dari judul tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Implementasi.
Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan, pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.[8]
Penulis berpendapat bahwa implementasi adalah suatu tindakan atau kegiatan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Sedangkan implementasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan, penerapan atau aktivitas guru dengan menggunakan pendekatan inquiry.
2.      Metode Pembelajaran Inquiry.
Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar.[9] Metode secara harfiah berati cara, dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.[10]
Dalam bahasa Inggris inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inquiry sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Sasaran utama kegiatan pembelajaran adalah :
a)    keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.
b)   Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran.
c)    mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inquiry.[11]
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran inquiry, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran inquiry merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menyelidiki kemudian menemukan sendiri pengetahuannya sehingga hasil yang diperoleh akan bertahan lama dalam ingatan.
3.      Pembelajaran IPA.
Keterpaduan antara konsep belajar dan konsep mengajar melahirkan konsep baru yang disebut proses belajar mengajar, atau dalam istilah lain disebut proses pembelajaran. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran.[12]
Sains adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan mengetahui tentang alam secara sistematis. Sains bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan.[13]
Abdullah dan Eny mengemukakan bahwa IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.[14]
Dari pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang membawa siswa pada ilmu pengetahuan alam yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi sehingga memberikan pengalaman secara langsung pada siswa.
  1. MI Ma’arif NU Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga.
MI Ma’arif NU Kramat terletak di Desa Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga adalah sebuah lembaga pendidikan tingkat dasar dibawah naungan Kementrian Agama Kabupaten Purbalingga yang telah terakreditasi B. MI Ma’arif NU Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga beralamat di Desa Kramat Rt 06 Rw 02 Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga.
Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dengan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran nyata implementasi metode Inquiry yang dilakukan oleh guru pada pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga.
C.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Implementasi Metode Inquiry dalam Pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2014/2015 ?”
D.  Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui bagaimana implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat.
b.      Untuk mengetahui persiapan guru dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inquiry di MI Ma’arif NU Kramat.
c.       Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi metode inquiry di MI Ma’arif NU Kramat.
2.      Manfaat Penelitian
a.       Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan atau informasi (referensi ) dan bahan pertimbangan dalam proses kegiatan belajar mengajar khususnya dalam Mata Pelajaran IPA untuk meningkatkan mutu pembelajaran.




b.      Manfaat Praktis
1)   Bagi Siswa.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kualitas siswa pada pembelajaran mata pelajaran IPA.
2)   Bagi Guru.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan sebagai referensi dalam mengembangkan penggunaan pendekatan atau metode yang lebih bervariasi dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
3)   Bagi Madrasah.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan mendorong pihak madrasah agar bisa mengimplementasikan pendekatan inquiry dalam berbagai mata pelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna.
4)   Bagi penulis.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan pengalaman, kemampuan serta ketrampilan peniliti dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah.




E.     Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini diperlukan setiap penelitian dalam rangka mewujudkan penulisan skripsi yang profesional dan mencapai target yang maksimal dengan mencari teori-teori, generalisasi yang dapat dijadikan dasar pemikiran dalam penyusunan laporan penelitian serta menjadi dasar pijakan bagi peneliti dalam memposisikan penelitiannya.
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan dengan judul atau tema yang penulis angkat, antara lain:
1.      Skripsi yang ditulis oleh Nur Sholehudin yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Sub Pokok Bahasan Sumber Daya Alam Melalui Multimedia Learning Di Kelas V MI Ma’arif NU Layansari 02 Kecamatan Gandrungmangu Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui motivasi, keaktifan dan prestasi siswa kelas V MI Ma’arif NU Layansari 02 Kecamatan Gandrungmangu Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2013/2014. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa meningkat sangat baik setelah digunakannya multimedia learning. [15]
2.      Hasil penelitian Christoper yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Metode Contextual Teaching And Learning Di Kelas VI SDN 003 Tarakan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian tersebut menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), dalam penelitian ini membahas mengenai Pembelajaran Kooperatif Metode Contextual Teaching And Learning sebagai upaya untuk meningkatan hasil belajar IPA kelas VI Semester 1 pada Standar Kompetensi (SK) memahami hubungan antara ciri-ciri makhluk hidup dengan lingkungan tempat tinggalnya. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui Pembelajaran Kooperatif Metode Contextual Teaching And Learning siswa dapat termotivasi dan lebih bergairah saat mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA meningkat. [16]
3.     Skripsi yang ditulis Bahrudin Ardi yang berjudul “Penerapan Metode Inquiry Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ipa Pada Siswa Kelas V Sdn 5 Mayonglor Kabupaten Jepara”. Jenis  penelitian  ini  merupakan  penelitian  tindakan  kelas  dengan  subjek penelitian adalah siswa kelas 5  yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki serta guru kelas V  SDN 5 Mayonglor Jepara. Dari penelitian ini dapat  disimpulkan  bahwa  dengan  Metode  Inquiry pada  pembelajaran  IPA  dapat  meningkatkan  keterampilan  guru,  aktivitas  siswa, dan hasil belajar  pada siswa kelas V SD Negeri  5 Mayonglor  Jepara.  Pendekatan Inquiry meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga disarankan dapat diterapkan pada pelajaran lain. [17]
Sedangkan persamaan kajian penelitian yang dilakukan oleh saudara Nur Sholehudin dan Christoper dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu sama – sama menelaah atau meneliti tentang mata pelajaran IPA. Sedang persamaan skripsi yang penulis bahas dengan skripsi saudara Bahrudin Ardi sama – sama membahas tentang pembelajaran inquiry, yaitu dari perencanaan dan penerapan inquiry dalam pembelajaran.
Dari berbagai penulisan tersebut diatas, penulis tidak menemukan penelitian serupa dengan penelitian yang hendak dilakukan penulis yaitu penelitian dengan judul “Implementasi Metode Inquiry dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2014/2015.

F.     Sistematika Pembahasan
Agar memberikan gambaran yang jelas mengenai susunan skripsi ini, perlu dikembangkan bab per bab sehingga akan terlihat rangkuman pada skripsi ini secara sistematis. Dalam hal ini peneliti membagi menjadi tiga, bagian awal, bagian utama, dan bagian akhir.
Pada bagian awal skripsi meliputi: halaman judul, halaman pernyataan keaslian, halaman pengesahan, halaman nota pembimbing, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar gambar.
Bagian utama Skripsi memuat pokok-pokok pembahasan yang terdiri dari lima bab yaitu:
BAB I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, dan sistematika pembahasan.
BAB II Landasan Teori yang terdiri dari: Pertama, metode pembelajaran inquiry, meliputi: pengertian metode pembelajaran, pengertian pembelajaran inquiry, konsep dasar, ciri-ciri, prinsip-prinsip, tahapan, tujuan, keunggulan dan kelemahan. Kedua: Pembelajaran IPA yang meliputi pengertian IPA, pengertian pembelajaran IPA, ruang lingkup dan hakikat mata pelajaran IPA, dan tujuan IPA di MI. Ketiga: metode pembelajaran inquiry dalam pembelajaran IPA yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan inquiry.
BAB III Metode Penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian dan pembahasan yang menguraikan tentang deskripsi hasil penelitian, implementasi metode pembelajaran inquiry dalam pembelajaran IPA, dan analisis data.
BAB V Penutup, dalam bab ini akan disajikan kesimpulan, saran-saran yang merupakan kegiatan rangkaian dari keseluruhan hasil penelitian secara singkat, serta kata penutup. Dan pada bagian akhir skripsi berisi tentang daftar pustaka, lampiran-lampiran yang mendukung serta daftar riwayat hidup.




BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Metode Pembelajaran Inquiry
1.      Pengertian Metode Pembelajaran
Metode secara harfiah berati cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.[18]
Senada dengan pendapat diatas, Abdul Majid berpendapat bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.[19]
Sedangkan kata pembelajaran sendiri merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar cenderung lebih dominan pada siswa, sedangkan mengajar dilakukan oleh guru. Jadi, istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar, proses belajar mengajar, atau kegiatan belajar mengajar.[20]
Pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.[21]
Kata dasar pembelajaran adalah belajar. Dalam arti sempit pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar, makna belajar sendiri adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dalam interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman. Pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan belajar peserta didik secara sungguh-sungguh yang melibatkan aspek sosial, emosional dan intelektual.
Sedangkan dalam arti yang lebih luas, pembelajaran diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik maupun tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan.[22]
Arti pembelajaran yang lebih singkat ditulis oleh Nurfuadi, menurutnya Pembelajaran  adalah suatu kondisi atau aktifitas yang dengan sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum dengan adanya interaksi antara guru dan peserta didik.[23]
2.      Pengertian Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inquiry menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Peran siswa dalam metode ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Pembelajaran inquiry merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Pembelajaran ini sering juga dinamakan heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu Heuriskein yang berati menemukan.[24]
Suryosubroto berpendapat inquiry adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalkan merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan sebagainya.[25]
Senada dengan Suryosubroto, Roestiyah mengemukakan metode inquiry adalah metode yang bisa menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya. Dan akhirnya dapat mencapai kesimpulan bersama.[26]
Dari beberapa pendapat diatas tentang pengertian metode pembelajaran inquiry, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran inquiry merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menyelidiki kemudian menemukan sendiri pengetahuannya sehingga hasil yang diperoleh akan bertahan lama dalam ingatan.
3.      Konsep Dasar Metode Pembelajaran Inquiry
a.       Konsep Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[27]
Suryosubroto, dalam buku proses belajar mengajar mengutip definisi para ahli tentang belajar sebagai berikut :
1)      Skinner, mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
2)      Hilgard dan Bower dalam bukunya theoris of lerning mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).
3)      M. Sobry Sutikno dalam bukunya menuju pendidikan bermutu, mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat yang jatuh dari atas loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil dari belajar. Jadi, perubahan yang bagaimana yang disebut perubahan dari hasil belajar ? perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
4)      C.T Morgan dalam Introduction to Psychology merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.
5)      Thursan Hakim dalam bukunya Belajar Secara Efektif,   mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya.[28]
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Walaupun tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya.
Dalam belajar yang terpenting adalah proses, bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.
b.      Alasan Dasar Metode Pembelajaran Inquiry
Edi Hendri Mulyana yang dikutip oleh Sitiatava Rizema Putra mengemukakan bahwa pembelajaran inquiry dipandang sebagai metode yang diasumsikan cukup akomodatif bagi penyelenggaraan pembelajaran sains di sekolah dasar saat ini. Alasannya, metode itu menjembatani keadaan transisi dari gaya pengajaran sains konvensional yang masih verbalistis serta minim alat-alat menuju gaya pengajaran sains alternatif yang lebih proporsional bagi hakikat sains dan karakteristik siswa sekolah dasar.
Selain itu, metode pembelajaran tersebut juga mendukung beberapa karakteristik siswa, yakni :
1)   Secara instinktif, siswa selalu ingin tahu.
2)   Dalam percakapan, siswa selalu ingin berbicara dan mengomunikasikan idenya.
3)   Dalam membangun (konstruksi) pengetahuan, siswa selalu ingin membuat sesuatu.
4)   Siswa selalu mengekspresikan diri.
5)   Perkembangan intelektual siswa SD/MI berada pada jenjang operasional konkret.
6)   Perkembangan sosial siswa SD/MI berada pada fase bermain.
Ada pula alasan lainnya terkait penggunaan metode inquiry dalam pembelajaran, yakni menurut Sumantri M dan Johar Permana dalam serumpun ilmu21.wodpress.com yang dikutip oleh Sitiatava Rizema Putra. Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut :
1)   Perkembangan dan kemajuan ilmu yang pesat. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu yang pesat, guru dituntut kreatif dalam menyajikan pembelajaran agar siswa dapat menguasai pengetahuan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.
2)   Belajar tidak hanya diperoleh dari sekolah, tetapi juga lingkungan. Kita harus menanamkan pemahaman siswa bahwa belajar tidak hanya diperoleh dari sekolah, melainkan juga lingkungan sedini mungkin. Metode inquiry bisa membantu guru dalam menanamkan pemahaman tersebut.
3)   Melatih siswa memiliki kesadaran sendiri tentang kebutuhan belajarnya. Metode ini menekankan kepada keaktifan siswa dalam menemukan suatu konsep pembelajaran dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan langkah pembelajara tersebut, siswa akan dapat memiliki kesadaran tentang kebutuhan belajarnya.
4)   Penanaman kebiasaan belajar berlangsung seumur hidup bisa dilaksanakan dengan metode inquiry. Dalam metode ini, siswa dirahkan untuk selalu mengembangkan konsep pembelajaran. Siswa juga dituntut selalu mencari pengetahuan yang menunjang pemahamannya terhadap konsep pembelajaran. Hal inilah yang menjadi lankah awal guru dalam penanaman terhadap siswa tentang pengertian bahwa belajar berlangsung seumur hidup.[29]
4.      Ciri-Ciri Metode Pembelajaran Inquiry
Sanjaya menulis ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode pembelajaran inquiry, diantaranya ialah sebagai berikut :
a.    Metode pembelajaran inquiry menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Dengan kata lain, inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran tersebut.
b.    Seluruh aktifitas yang dilakukan oleh siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya, dalam pendekatan inquiry, guru bukan sebagai sumber belajar, namun motifator dan fasilitator belajar siswa. Aktifitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan tehnik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inquiry.
c.    Dalam pembelajaran inquiry, siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, melainkan juga bisa menggunakan potensi yang dimilikinya.[30]
Senada dengan Sanjaya, Abdul Majid mengemukakan ciri-ciri inquiry antara lain:
a.    Metode inquiry menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya metode inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi juga mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
b.      Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Aktifitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inquiry.
c.       Tujuan dari penggunaan metode inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.[31]
Dengan demikian, dalam metode pembelajaran inquiry siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tetapi juga bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimiliknya. Siswa yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
5.      Prinsip-prinsip Pelaksanaan Metode Pembelajaran Inquiry
Metode inquiry harus memenuhi empat kriteria, yaitu kejelasan, kesesuaian, ketepatan, dan kerumitan. Setelah guru mengundang siswa untuk mengajukan masalah yang erat hubungannya dengan pokok bahasan yang akan diajarkan, maka siswa akan terlibat dalam kegiatan inquiry melalui lima fase berikut :
a.       Siswa menghadapi masalah yang dianggap olehnya bisa memberikan tantangan untuk diteliti.
b.      Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat khusus dari objek yang diteliti, sekaligus pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi.
c.       Siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variabel yang relevan, berhipotesis, dan bereksperimen untuk menguji hipotesis, sehingga diperoleh hubungan sebab akibat.
d.      Merumuskan penemuan inquiry hingga diperoleh penjelasan, pernyataan, atau prinsip yang lebih formal.
e.       Melakukan analisis terhadap proses inquiry yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Dalam hal ini, analisis diperlukan untuk membantu siswa agar terarah dalam mencari hubungan sebab akibat.[32]
Sementara itu Abdul Majid yang berpendapat ada 5 prinsip penggunaan metode inquiry antara lain :
a.       Berorientasi Pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari inquiry adalah pengembangan kemampuan berfikir. Dengan demikian, metode pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
b.      Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berati menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, melainkan sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

c.       Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam metode ini adalah guru sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inquiry sangat diperlukan.
d.      Prinsip Belajar Untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, tetapi juga merupakan proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e.       Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan pada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.[33]




6.      Tahapan-Tahapan Metode Pembelajaran Inquiry
Adapun tahapan metode pembelajaran Inquiry dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut :
a.       Identifikasi kebutuhan siswa.
b.      Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep, dan generalisasi yang akan dipelajari.
c.       Seleksi bahan, dan problema/tugas-tugas.
d.      Membantu memperjelas.
1)      Tugas/problema yang akan dipelajari
2)      Peranan masing-masing siswa.
e.       Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang akan diperlukan.
f.       Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa.
g.      Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.
h.      Membantu siswa dengan informasi/data, jika diperlukan oleh siswa.
i.        Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses.
j.        Memuji siswa yang giat dalam proses penemuan.
k.      Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.[34]

7.      Tujuan Metode Pembelajaran Inquiry
Adapun beberapa tujuan dari metode inquiry adalah sebagai berikut :
a.       Meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
b.      Mengurangi ketergantungan siswa terhadap guru utuk mendapatkan pelajarannya.
c.       Melatih siswa dalam menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
d.      Memberi pengalaman belajar seumur hidup.
8.      Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inquiry
a.       Keunggulan
1)      Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.
2)      Pengetahuan yang diperoleh sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian, retensi dan transfer.
3)      Mengembangkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah dalam proses pembelajaran.
4)      Metode ini memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
5)      Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.
6)      Dapat menambah kepercayaan diri pada siswa melalui proses-proses penemuan.
b.      Kelemahan
1)      Persiapan mental harus disiapkan untuk belajar dengan metode inquiry. Misal siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikiran jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis.
2)      Mengajar dengan metode ini mungkin akan dipandang terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. Sedangkan sikap dan keterampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional secara keseluruhan.
3)      Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan kurang memadai.[35]
4)      Tidak efisien, khusunya untuk mengajar sisa dalam jumlah banyak, sehingga banyak waktu yang dihabiskan untuk membantu salah satu siswa dalam menemukan teori tertentu.
5)      Pembelajaran dapat terganggu oleh siswa dan guru yang terbiasa dengan pengajaran tradisional.[36]

B.     Pembelajaran IPA
1.      Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi IPA juga merupakan suatu penemuan.[37]
Abdullah dan Eny mengemukakan bahwa IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.[38]
Definisi diatas memberikan pengertian bahwa IPA merupakan suatu ilmu yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi sehingga memberikan pengalaman secara langsung pada siswa. Jadi IPA tidak hanya berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip saja, tetapi IPA juga merupakan sebuah penemuan.

2.      Pengertian Pembelajaran IPA
Keterpaduan antara konsep belajar dan konsep mengajar melahirkan konsep baru yang disebut proses belajar mengajar, atau dalam istilah lain disebut proses pembelajaran. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran.[39]
Pada kegiatan pembelajaran sains, tidak cukup hanya melalui telling science tetapi perlu mengembangkan kegiatan yang bersifat doing science atau kegiatan-kegiatan yang mendorong untuk mengembangkan think skill dan bahkan tidak hanya memperluas wawasan kognitif tetapi juga menyentuh ranah afektif, psikomotor, dan juga kognitif.[40]
Dari pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang membawa siswa pada ilmu pengetahuan alam yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi sehingga memberikan pengalaman secara langsung pada siswa.


3.      Ruang Lingkup Dan Hakikat Mata Pelajaran IPA
a.       Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA Di SD/MI
Pendidikan IPA diharapkan mampu menjadi wahana atau tempat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar baik benda hidup maupun benda mati. Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1)      Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2)      Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas.
3)      Energi dan perubahannya, meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4)      Bumi dan alam semesta, meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda lainnya.[41]
b.      Hakikat Mata Pelajaran IPA
Pada hakekatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berati bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA tersebut.
1)      IPA sebagai Produk
IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam buku teks. Buku teks memang penting, tetapi ada sisi lain yang tidak kalah pentingnya yaitu dimensi proses, maksudnya proses mendapatkan ilmu itu sendiri. Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan.
2)      IPA sebagai Proses
Yang dimaksud dengan proses disini adalah proses mendapatkan IPA. Kita mengetahui bahwa IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah. Jadi yang dimaksud proses IPA tidak lain adalah metode ilmiah. Untuk mengetahui suatu konsep, siswa tidak diberitahu oleh guru, tetapi guru memberi peluang pada siswa untuk memperoleh dan menemukan konsep melalui pengalaman siswa dengan mengebangkan keterampilan dasar melalui percobaan dan membuat kesimpulan.
3)      IPA Sebagai Pemupukan Sikap
Menurut Waynne Harlen yang dikutip oleh Hendro Darmojo dalam Sri Sulistyorini, setidaknya ada sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD/MI, yaitu:
a.       Sikap ingin tahu
b.      Sikap Ingin mendapatkan sesuatu yang baru
c.       Sikap Kerjasama
d.      Sikap Tidak putus asa
e.       Sikap Tidak berprasangka
f.       Sikap Mawas diri
g.      Sikap Bertanggung jawan
h.      Sikap Berpikir bebas
i.        Sikap Kedisiplinan diri.[42]
Sikap ilmiah ini bisa dikembangkan ketika siswa melkukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di lapangan. Dalam hal ini, maksud dari sikap ingin tahu sebagai bagian sikap ilmiah adalah suatu sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari obyek yang diamati.
4.      Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA
Pelaksanaan metode inquiry tentu tidak terlepas dari kurikulum yang telah diterapkan, sehingga materi yang diajarkan tidak keluar dari jalur yang telah ditetapkan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan pada mata pelajaran IPA Kelas III-VI MI Ma’arif NU Kramat adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA
MI Ma’arif NU Kramat kelas III[43]
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
Semester 1
Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan
1. Memahami ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang mempengaruhi perubahan pada makhluk hidup
1.1  Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan   makhluk hidup
1.2  Menggolongkan makhluk hidup secara
Sederhana
1.3Mendeskripsikan perubahan yang terjadi pada makhluk hidup dan hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (makanan, kesehatan, rekreasi, istirahat dan olahraga)
2. Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan, dan upaya menjaga kesehatan lingkungan
2.1 Membedakan ciri-ciri lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat berdasarkan pengamatan
2.2 Mendeskripsikan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan
2.3 Menjelaskan cara menjaga kesehatan lingkungan sekitar
Benda dan Sifatnya
3. Memahami sifat-sifat, perubahan sifat benda dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.1 Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas.
3.2 Mendeskripsikan perubahan sifat benda (ukuran, bentuk, warna, atau rasa) yang dapat diamati akibat dari pembakaran, pemanasan, dan diletakkan di udara terbuka.
3.3 Menjelaskan kegunaan benda plastik, kayu, kaca, dan kertas.
Semester 2
Energi dan Perubahannya
4. Memahami berbagai cara gerak benda,  hubungannya dengan energi dan sumber energi
4.1 Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran
4.2 Mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari
4.3 Mengidentifikasi sumber energi dan    kegunaannya
5. Menerapkan konsep energi gerak
5.1 Membuat kincir angin untuk menunjukkan bentuk energi angin dapat diubah menjadi energi gerak
5.2 Menerapkan cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari
Bumi dan Alam Semesta
6. Memahami kenampakan  permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia, serta hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam
6.1 Mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar
6.2 Menjelaskan hubungan antara keadaan awan dan cuaca
6.3 Mendeskripsikan pengaruh cuaca bagi kegiatan manusia
6.4 Mengidentifikasi cara manusia dalam     memelihara dan melestarikan alam di    lingkungan sekitar










Tabel 2
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA
MI Ma’arif NU Kramat kelas IV[44]
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
Semester 1
Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan
1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya,  serta pemeliharaannya.
1.1  Mendeskripsikan hubungan antara struktur   kerangka tubuh manusia dengan fungsinya
1.2  Menerapkan cara memelihara kesehatan  kerangka tubuh
1.3  Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya
1.4  Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera
2. Memahami hubungan antara struktur   bagian tumbuhan dengan fungsinya
2.1 Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya
2.2 Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya
2.3 Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya
2.4 Menjelaskan hubungan antara bunga dengan Fungsinya
3. Menggolongkan hewan, berdasarkan jenis makanannya
3.1 Mengidentifikasi jenis makanan hewan
3.2 Menggolongkan hewan berdasarkan jenis makanannya
4. Memahami daur hidup beragam jenis makhluk hidup
4.1 Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan dilingkungan sekitar, misalnya kecoa, nyamuk,  kupu-kupu, kucing.
4.2 Menunjukkan kepedulian terhadap hewan peliharaan, misalnya kucing, ayam, ikan.
5. Memahami hubungan sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
5.1 Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas (simbiosis) dan hubungan “makan dan dimakan” antar makhluk hidup (rantai makanan)
5.2 Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya
Benda dan Sifatnya
6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya.
6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu
6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud.
6.3 Menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan kegunaannya
Semester 2
Energi dan Perubahannya
7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda.
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda.
7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda
8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.
8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya
8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut
8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik
Bumi dan Alam Semesta
9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit
9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari
10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan
10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut)
10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan  fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)
10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor).
11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan
11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan
11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan



Tabel 3
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA
MI Ma’arif NU Kramat kelas V[45]
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
Semester 1
Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan
1. Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan
1.1  Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan   manusia
1.2  Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan hewan misalnya ikan dan cacing tanah
1.3  Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan
1.4  Mengidentifikasi organ peredaran darah manusia
1.5  Mengidentifikasi gangguan pada organ peredaran darah manusia
2. Memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan
2.1 Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan
2.2 Mendeskripsikan ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan hijau sebagai sumber makanan
3. Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan
3.1 Mengidentifikasi penyesuaian diri hewan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup
3.2 Mengidentifikasi penyesuaian diri tumbuhan   dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup
Benda dan Sifatnya
4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses.
4.1 Mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dengan bahan penyusunnya, misalnya benang, kain, dan kertas.
4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang   perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.
Semester 2
Energi dan Perubahannya
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak  dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
6. Menerapkan sifat sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.
Bumi dan Alam Semesta
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan
7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya
7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan
7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi  (pertanian, perkotaan, dsb).




Tabel 4
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA
MI Ma’arif NU Kramat kelas VI[46]
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
Semester 1
Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan
1. Memahami hubungan antara ciri-ciri makhluk hidup dengan lingkungan tempat hidupnya
1.1  Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan lingkungan hidupnya
1.2  Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki tumbuhan (kaktus, tumbuhan pemakan serangga) dengan lingkungan hidupnya
2. Memahami cara perkembang biakan makhluk hidup
2.1 Mendeskripsikan perkembangan dan  pertumbuhan manusia dari bayi sampai lanjut usia
2.2 Mendeskripsikan ciri-ciri perkembangan fisik anak laki-laki dan perempuan
2.3  Mengidentifikasi cara perkembang biakan   tumbuhan dan hewan
2.4  Mengidentifikasi cara perkembang biakan manusia
3. Memahami pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan
3.1 Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem)
3.2 Mengidentifikasi bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan manusia yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan
3.3 Mengidentifikasi bagian tubuh hewan yang sering dimanfaatkan manusia yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan
4. Memahami pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk mencegah   kepunahan
4.1 Mengidentifikasi jenis hewan dan tumbuhan yang mendekati kepunahan
4.2 Mendeskripsikan pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dan kehidupan masyarakat.
Benda dan Sifatnya
5. Memahami saling hubungan antara suhu, sifat hantaran dan kegunaan benda
5.1 Membandingkan sifat kemampuan   menghantarkan panas dari berbagai benda
5.2 Menjelaskan alasan pemilihan benda dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kemampuan menghantarkan panas
6. Memahami faktor penyebab perubahan Benda
6.1 Menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan benda (pelapukan, perkaratan, pembusukan) melalui pengamatan
6.2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan pemilihan benda/bahan untuk tujuan tertentu (karet, logam, kayu, plastik) dalam kehidupan sehari-hari.
Semester 2
Energi dan Perubahannya
7. Mempraktikkan pola penggunaan dan perpindahan energi
7.1 Melakukan percobaan untuk menyelidiki  hubungan antara gaya dan gerak (model jungkat jungkit, katapel/model traktor sederhana energi pegas)
7.2 Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik
8. Memahami pentingnya penghematan energi
8.1 Mengidentifikasi kegunaan energi listrik dan berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan sehari-hari
8.2 Membuat suatu karya/model yang menggunakan energi listrik (bel listrik/alarm/model lampu lalu lintas/ kapal terbang/mobil-mobilan/model penerangan rumah)
Bumi dan Alam Semesta
9. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya
9.1 Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun tata surya
9.2 Mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan revolusi bulan
9.3 Menjelaskan terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari
9.4 Menjelaskan perhitungan kalender Masehi dan kalender Hijriah.

5.      Tujuan IPA Di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Pembelajaran IPA di sekolah dasar  bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a.       Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b.      Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d.      Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e.       Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f.       Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteratuarannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g.      Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.[47]

C.    Metode Pembelajaran Inquiry Dalam Pembelajaran IPA
1.      Perencanaan Inquiry
Dalam proses pembelajaran, seluruh keperluan pembelajaran harus direncanakan terlebih dahulu. Menurut Roestiyah, agar inquiry dapat dilaksanakan dengan baik memerlukan kondisi-kondisi sebagai berikut:
a.    Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi.
b.    Kondisi lingkungan yang responsif.
c.    Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian.
d.   Kondisi yang bebas dari tekanan.[48]
2.      Pelaksanaan Inquiry
Adapun tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry, menurut Wina Sanjaya, adalah sebagai berikut :


a.       Orientasi
Pada tahap ini, guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal-hal yang dilakukan dalam tiap tahap orientasi ini ialah sebagai berikut :
1)      Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
2)      Menerangkan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini, dijelaskan langkah-langkah inquiry serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai merumuskan kesimpulan.
3)      Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
b.      Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa kepada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
c.       Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap siswa ialah mengajukan berbagai pertanyaan yang bisa mendorong siswa supaya dapat merumuskan jawaban sementara atau perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
d.      Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran Inquiry, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikir.
e.       Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berati mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, namun juga mesti didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

f.       Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukan kepada siswa tentang data-data yang relevan.[49]
Hampir sama dengan Wina Sanjaya, menurut Made Wena pembelajaran inquiry terdiri dari tahap sebagai berikut:
a.       Tahap Pembelajaran
1)      Investigasi
Dalam tahap ini siswa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang perlu dilakukan kajian/investigasi dan guru merancang bahan ajar yang mampu mendorong siswa untuk melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap permasalahan yang ada, yakni mengumpulkan data, mengkaji, mengklasifikasikan data dan sejenisnya.
2)      Penentuan Masalah
Dalam tahap ini siswa didorong untuk mampu memetakan permasalahan yang ada. Dari data-data yang telah dikumpulkan siswa didorong untuk memetakan permasalahan. Mengelompokan masalah sesuai jenisnya, melihat keterkaitan antar kelompok/jenis masalah serta membuat pohon permasalahan dan sejenisnya.
3)      Identifikasi masalah
Dalam tahap ini siswa melakukan identifikasi dan memverifikasi permasalahan, mengembangkan hipotesis, mencari berbagai alternatif pemecahan masalah, dan mengembangkan kesimpulan sementara.
4)      Penyimpulan/Penyelesaian masalah
Dalam tahap ini siswa didorong untuk mencari pemecahan masalah yang paling tepat. Siswa harus mampu menyimpulkan pemecahan masalah yang paling baik dan tepat untuk menyelesaikan soal yang ada.
b.      Penerapan Di Kelas
Secara ringkas kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut[50] :
Tabel 5
Tahap-tahap pembelajaran inquiry
NO
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1
Investigasi
Memberikan permasalahan yang terkait dengan pembelajaran pada  siswa.
a.       Membaca permasalahan secara umum.
b.      Menganalisis masalah.
c.       Mengumpulkan data.


Mendorong dan membimbing siswa melakukan pengkajian terhadap  permasalahan.
Melakukan pengkajian/investigasi terhadap permasalahan.


Mendorong siswa aktif berfikir, belajar dan mencipta, serta mengeksplorasi.
Mencipta dan mengeksplorasi.


Mendorong siswa melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap permasalahan yang ada, mengumpulkan data, mengkaji, dan sejenisnya.
a.       Melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap permasalahan yang ada.
b.      Mengumpulkan data, mengkaji, dan sejenisnya.
2
Penentuan masalah
Membimbing dan mengarahkan siswa untuk menentukan, memetakan masalah sesuai jenisnya.
a.       Memverifikasi dan memetakan data.
b.      Menentukan masalah sesuai data yang ada.


Membantu siswa untuk melihat keterkaitan antara kelompok/jenis masalah serta membuat pohon permasalahan dan sejenisnya.
Melihat keterkaitan antara kelompok/jenis masalah dan membuat pohon permasalahan dan sejenisnya.
3
Identifikasi
Membantu siswa melakukan identifikasi dan verifikasi permasalahan.
Melakukan identifikasi permasalahan, mengembangkan hipotesis, mencari berbagai alternatif pemecahan dan mengembangkan kesimpulan sementara.


Mendorong siswa mengembangkan hipotesis.
Mengembangkan hipotesis.


Mendorong siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah.
mencari berbagai alternatif pemecahan masalah.


Mendorong siswa mengembangkan kesimpulan sementara.
mengembangkan kesimpulan sementara.
4
Penyimpulan
Mendorong siswa untuk mencari pemecahan masalah yang paling tepat/sesuai.
Menyimpulkan pemecahan masalah yang paling baik dan tepat untuk menyelesaikan soal yang ada.


Membimbing siswa menganalisis (Kelemahan dan Kekuatan) berbagai kesimpulan yang telah dibuat.
menganalisis (Kelemahan dan Kekuatan) berbagai kesimpulan yang telah dibuat.


Membimbing dan membantu siswa menetapkan suatu kesimpulan yang paling tepat.
menetapkan suatu kesimpulan yang paling tepat.

Itulah tahap-tahap dalam pembelajaran dengan metode inquiry yang dilakukan oleh guru dan siswa. Siswa merupakan tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inquiry. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut.







BAB III
METODE PENELITIAN

A.   Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan merupakan jenis penelitian lapangan (field research), dimana penelitian ini digolongkan penelitian deskriptif kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu analisa yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat dan melaporkan dengan proses analisa data-data yang diperoleh dari hasil penelitian.[51] Istilah penelitian kualitatif  yaitu jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.[52]
Dengan demikian penelitian deskriptif  kualitatif dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai keadaan dan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian.

B.     Sumber Data
1.      Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di MI Ma’arif  NU Kramat yang beralamat di Dusun Kalisinga Desa Kramat RT/RW 06/02 Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga.
2.      Objek dan Subjek Penelitian
Objek atau masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2014/2015.
Sedangkan Subyek penelitian adalah sumber data utama yaitu data mengenai variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah:
a.       Guru Kelas
Guru merupakan pelaksana kebijakan kurikulum yang melaksanakan proses pembelajaran dan sebagai evaluator (pelaksana evaluasi) langsung yang mengetahui secara detail tentang siswa.
1)    Guru Kelas I yaitu Sri Rohmah, S.Pd.I
2)    Guru Kelas II yaitu Zaif Ulul Azmi
3)    Guru Kelas III yaitu Leni Setianingsih
4)    Guru Kelas IV yaitu Masruroh, S.Pd.I
5)    Guru Kelas V yaitu Idris Affandi, S.Pd.I
6)    Guru Kelas VI yaitu Makhtup, S.Pd.I
Melalui beliau penulis akan memperoleh data mengenai bagaimana implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPA.


b.      Siswa
Berikut data jumlah siswa tiap kelas di MI Ma’arif NU Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015.
1)      Kelas I berjumlah 14 siswa dan 9 siswi.
2)      Kelas II berjumlah 19 siswa dan 7 siswi.
3)      Kelas III berjumlah 13 siswa dan 14 siswi.
4)      Kelas IV berjumlah 13 siswa dan 11 siswi.
5)      Kelas V berjumlah 9 siswa dan 12 siswi.
6)      Kelas VI berjumlah 14 siswa dan 12 sisiwi.
Melalui siswa diperoleh informasi tentang bagaimana tanggapan mereka terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inquiry.

C.    Teknik Pengumpulan Data
Metode-metode yang digunakan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1.      Metode Observasi
Metode Observasi adalah metode pengamatan langsung dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.[53] Observasi dilakukan peneliti untuk mengamati proses implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif  NU Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga tahun pelajaran 2014/2015.
2.      Metode Wawancara (Interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Wawancara dapat dilakukan secara tersrtruktur dan tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon. Wawancara Terstruktur digunakan sebagai tehnik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.[54]
Metode ini penulis gunakan dengan kepala Madrasah dan guru mata pelajaran IPA untuk mencari data tentang hal-hal yang terkait dengan implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga tahun pelajaran 2014/2015.


3.      Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu suatu metode untuk memperoleh informasi mengenai benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.[55]
Metode ini penulis gunakan untuk mencari data-data tertulis atau dokumentasi seperti struktur organisasi sekolah, keadaan guru dan murid serta data-data yang berkaitan dengan proses pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga.

D.    Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.[56]
Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kualitatif. Dalam menganalisis data yang terkumpul penulis menggunakan metode analisis data deskriptif kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu analisa yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat. Adapun metode deskriptif adalah suatu analisa yang memberikan gambaran dan melaporkan apa adanya dengan proses analisa data-data yang diperoleh dari hasil penelitian.[57]
Menurut Sugiyono,[58] dalam menganalisis data penulis melakukan beberapa tahapan antara lain:
1.      Analisis Sebelum Di Lapangan
Sebelum peneliti melakukan penelitian di lapangan, peneliti telah melakukan observasi pendahuluan serta wawancara kepada beberapa informan yang dapat dijadikan sumber data penelitian dan dalam hal ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.
2.      Analisis Di Lapangan
Peneliti akan melakukan penelitian lebih mendalam setelah studi pendahuluan yang dilakukan dengan mengumpulkan berbagai data yang ada di lapangan dilakukan melalui model analisis interaktif Miles dan Huberman, mulai dari beberapa tahapan antara lain:





( Gambar 1: Komponen Dalam Analisis Data)
a.       Data Reduction (Reduksi Data)
Setelah mendapatkan data dari lapangan kemudian semua data akan dianalisis dengan memilah-milah data yang diperlukan dan membuang yang tidak diperlukan. Sehingga data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan lebih fokus.
b.      Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Data yang telah direduksi akan peneliti sajikan dengan menarasikan data yang didapat dalam bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori.
c.       Conclusion Drawing (Verivikasi)
Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.






BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menyajikan pembahasan hasil penelitian mengenai implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga. Pembahasan hasil penelitian dilakuan secara deskriptif, yaitu menggambarkan jalannya proses implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga. Hasil penelitian tersebut akan menggambarkan sejauh mana kesesuaian praktek metode inquiry dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga.
A.    Deskripsi Hasil Penelitian
1.      Gambaran Umum Suasana Pembelajaran
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran IPA, MI Ma’arif NU Kramat berdasarkan kurikulum yang telah digunakan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilaksanakan berdasarkan program semester, pemetaan dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Sehingga dengan adanya kurikulum tersebut dapat memudahkan guru dalam menentukan materi yang nantinya akan diajarkan.
Fokus dalam penelitian ini adalah meneliti implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat tahun pelajaran 2014/2015 dan mengambil sampel dari kelas III-VI. Penggunaan metode ini bertujuan membantu siswa mengembangkan ketrampilan berpikir, sehingga siswa membangun pengetahuannya sendiri agar siswa dapat mengingat dan menyimpan pelajaran yang telah diterima lebih lama tanpa harus susah payah menghafal. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa duduk dengan rapi dengan tempat duduk yang setiap harinya bergeser atau berubah.
2.      Implementasi Metode Inquiry Dalam Pembelajaran IPA Di MI Ma’arif NU Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015
Dalam sajian data menyajikan penelitian tentang implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPA pada kelas III, IV, V dan VI di MI Ma’arif NU Kramat. Penulis mengamati langsung pembelajaran IPA di Kelas III yang diampu oleh Leni Setianingsih, kelas IV diampu oleh Masruroh, kelas V oleh Idris Affandi, dan kelas VI yang diampu oleh Makhtup. Berdasarkan hasil wawancara,[59] guru-guru telah bersepakat untuk menggunakan metode dan RPP yang modelnya sama dalam pembelajaran IPA. Jadi pembelajaran IPA di masing-masing kelas langkah-langkahnya hampir sama.



Berikut adalah hasil pengamatan mengenai implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat.
a.    Kelas III Materi Faktor-faktor Yang Memengaruhi Gerak Benda    
Hari Kamis, 22 Januari 2015. Ibu Leni Setianingsih mengucap salam pembuka kemudian menyuruh ketua kelas memimpin doa dilanjutkan dengan guru  melakukan presensi pada siswa. Langkah-langkah metode inquiry sebagai berikut:
1)      Guru melakukan orientasi dengan memberikan apersepsi dan memberikan motifasi kepada siswa melalui tanya jawab. Ibu Leni menulis tujuan pembelajaran di papan tulis dan akan melakukan percobaan secara berkelompok.
2)      Guru merumuskan masalah dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
a)    Bagi yang putri, kalian tentunya sering bermain bola bekel kan?
b)   Antara bola bekel yang besar dan kecil jika dijatuhkan bola bekel mana yang memantul lebih tinggi ?
c)    Kalau kertas yang diremas-remas dan yang tidak diremas jika dijatuhkan lebih cepat jatuhnya yang mana ?
d)   Kalian lebih suka bermain kelereng dilantai yang halus atau di lapangan yang berumput ? Kenapa ?
3)      Merumuskan Hipotesis. Dari pertanyaan-pertanyaan yang tadi telah diajukan maka terbentuklah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
4)      Mengumpulkan data. Dalam hal ini guru menerangkan sedikit materi pelajaran.
5)      Menguji hipotesis. Guru menyuruh dan membimbing serta mengamati siswa melakukan percobaan berkelompok.
6)      Merumuskan Kesimpulan. Guru meminta perwakilan kelompok untuk maju mempresentasikan hasil percobaan dan guru memberikan penguatan terhadap jawaban siswa.
Kemudian guru memberikan soal evaluasi dengan mencatatkannya di papan tulis. Ibu  Leni menutup pelajaran  dan dilanjutkan  dengan  pelajaran  selanjutnya.
b.      Kelas IV Materi Gaya Dapat Mengubah Gerak Benda
Pembelajaran pada hari Selasa, 3 Februari 2015, Ibu Masruroh tidak mengucap salam pembuka karena sudah mengucap salam pada jam pertama. Pembelajaran dilakukan dengan berkelompok seperti biasanya.
1)      Guru melakukan orientasi menggunakan ceramah bervariasi untuk mengulas materi dan memberikan apersepsi pada siswa kemudian menyuruh siswa untuk duduk secara berkelompok.
2)      Guru merumuskan masalah dengan melakukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran.
a)    Siapa yang pernah bermain kelereng ?
b)   Kalau bermain tenis meja kalian pernah ?
c)    Terus kenapa kelereng dan bola tenis bisa bergerak ?
3)      Merumuskan hipotesis. Dari pertanyaan-pertanyaan yang tadi telah diajukan maka terbentuklah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang akan dikaji yaitu bahwa pada saat bergerak benda memerlukan gaya.
4)      Mengumpulkan data. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yaitu gaya dapat mengubah gerak benda. Kemudian guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS)  kepada setiap kelompok dan menyuruh siswa mencermati LKS tersebut mulai dari tujuan percobaan, alat, dan langkah-langkah kerja. Guru membacakan langkah-langkah kerja dan di dengarkan oleh siswa.
5)      Menguji hipotesis. Guru menyuruh dan membimbing serta mengamati siswa melakukan percobaan berkelompok. Beberapa kali guru mengarahkan siswa untuk menuliskan hasil percobaanya, karena siswa mungkin masih bingung untuk menuliskan hasil percobaan yang dilakukan.
6)      Merumuskan kesimpulan. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan, guru menyuruh perwakilan kelompok untuk maju membacakan hasil diskusinya didepan kelas dan guru memberikan penguatan terhadap jawaban siswa.
Kemudian guru mengulas materi  gaya dapat mengubah gerak benda dan menulis hal-hal yang  penting di papan tulis. Guru memberikan sedikit evaluasi dengan menuliskan pertanyaan dipapan tulis.
Setelah dicocokan maka Ibu Masruroh menyuruh siswa berisitirahat dan melaksanakan sholat duha. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan bacaan hamdalah bersama-sama dan guru mengucap salam penutup.
c.       Kelas V Materi Sifat-Sifat Cahaya
Hari Rabu, 4 Februari 2015, Pada hari itu, posisi tempat duduk di atur mengelompok dengan menggabungkan tiga meja dan siswa mengelilingi meja tersebut. Guru menyuruh ketua kelas untuk memimpin berdoa. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan melakukan presensi kepada siswa. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan  mengulang materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya yang dihubungkan dengan materi yang akan dipelajari. Pertanyaan-pertanyaan tersebut yaitu:
1)   Kemarin kita sudah mempelajari apa saja?
2)   cahaya masuk ke rumah masuk lewat apa ?
3)   Tapi anak-anak tahu apa ga, cahaya yang menembus benda-benda bening itu apa contohnya ?
Setelah selesai merumuskan masalah dan mendapatkan jawaban sementara guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan membagikan LKS kepada setiap kelompok. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah percobaan dan mendemonstrasikan cahaya tidak menembus benda-benda gelap.
Guru menyuruh perwakilan kelompok salah satu kelompok untuk  maju mempresentasikan hasil percobaan dilanjutkan dengan guru memberikan penguatan materi cahaya dapat menembus benda-benda bening. Bapak Idris mencatat pokok-pokok materi di papan tulis. Kemudian menanyakan apakah dalam materi tersebut ada siswa masih belum jelas.
Guru memberikan soal evaluasi sebanyak dengan mendiktekan dan siswa mencatat. Guru menutup pelajaran dan siswa-siswi masuk jam istirahat.
d.      Kelas VI Materi Bumi dan Gerakannya
Hari Senin, 23 Maret 2015. Pelajaran IPA dimulai pada pukul 07.15, Bapak Makhtup mengucap salam tetapi tidak menyuruh siswa untuk berdoa karena siswa telah berdoa terlebih dahulu. Bapak Makhtup melakukan presensi setelah itu menyampaikan materi pelajaran pada hari ini yaitu tentang gerak rotasi bumi dan menginformasikan akan melakukan percobaan secara berkelompok. Guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran sebagai berikut:
1)        Kenapa si di dunia ini ada siang dan malam ?
2)        Perputaran bumi tersebut dinamakan apa ya ?
Kemudian Bapak Makhtup menyuruh siswa untuk duduk berkelompok seperti biasanya dan akan melakukan percobaan untuk membuktikan pergantian siang dan malam. Guru meminta siswa menyiapkan kertas kosong untuk menuliskan nomer kelompok, nama anggota dan menuliskan hasil diskusinya.
Setelah semua selesai melakukan percobaan dan menuliskan kesimpulannya, Bapak Makhtup meminta kelompok satu untuk maju kedepan mendemonstrasikan kembali dan menjelaskan kesimpulan dari diskusi kelompoknya.
Guru memberikan soal dan dicocokan bersama kemudianguru menutup pembelajaran IPA dan dilanjutan dengan mata pelajaran selanjutnya.

B.     Analisis Data
Setelah diperoleh data-data hasil penelitian di atas tersebut, peneliti akan menganalisis data berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan, adalah sebagai berikut:
Implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat yaitu sebelum pembelajaran seperti biasa guru membuat RPP sebagai acuan guru, sehingga pembelajaran akan semakin terprogram.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu pembelajaran adalah penggunaan strategi/metode pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Sehingga memahamkan siswa tentang materi yang diajarkan, membuat siswa aktif dalam pembelajaran dikelas serta adanya umpan balik dari siswa terhadap apa yang disampaikan guru. Dengan begitu siswa akan terampil dalam menjawab pertanyaan guru, juga memberikan pertanyaan pada guru serta dalam mengemukakan pendapatnya.
Dengan metode inquiry, diharapkan dapat tercipta pembelajaran yang kondusif. Metode ini bertujuan membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan pemecahan masalah dan membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri agar siswa dapat mengingat dan menyimpan pelajaran yang telah diterima lebih lama tanpa harus susah payah menghafal.
Setelah penulis melakukan observasi pada saat pembelajaran IPA berlangsung dapat disimpulkan bahwa implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya walaupun masih ada kekurangan dengan teori yang ada.
Pada kenyataannya implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat seperti penjelasan diatas akan tetapi terkadang guru kurang kreatif dalam mengajukan pertanyaan yang lebih menarik. Karena guru terkadang hanya memberikan pertanyaan berasal dari buku paket.
Mengenai tujuan metode inquiry yaitu untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, dan membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri telah tercapai, hal ini telihat pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dari pengetahuan yang dimiliki siswa tentang pertanyaan yang diajukan guru, siswa dapat membangun pengetahuannya dengan mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat awal pembelajaran.
Mengenai langkah-langkah implementasi metode pembelajaran inquiry menurut penulis sudah sesuai dengan apa yang tertera pada teori,  dalam menggunakan metode pembelajaran inquiry senantiasa menggali materi prasyarat yang harus diketahui siswa sebelum menyajikan siswa pada masalah IPA yang berakar pada kehidupan nyata.
Akan tetapi, implementasi metode pembelajaran inquiry juga memunculkan situasi yang bisa diidentifikasi sebagai kelemahan metode pembelajaran inquiry, diantaranya:
1.    Siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikiran jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis.
2.    Pada saat siswa bekerja kelompok, beberapa siswa mudah kehilangan kepercayaan diri dan karena didominasi oleh siswa yang mampu.
3.    Kurang efisien jika waktu dihabiskan untuk membantu salah satu siswa dalam menemukan teori tertentu.
Untuk mengurangi kelemahan tersebut dalam implementasi metode inquiry guru memberikan motivasi terhadap semua siswa, memberikan perhatian yang insentif terhadap siswa, dan mempersiapkan pembelajaran secara matang.
Dari analisis data diatas, Penulis merangkum proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry dalam mata pelajaran IPA sebagai berikut.
1.      Perencanaan Metode Inquiry Mata Pelajaran IPA Di MI Ma’arif NU Kramat
Sebagai guru kelas, baik kelas III-VI guru merencanakan  pembelajaran dengan menetapkan silabus pembelajaran. Silabus pembelajaran dibuat oleh guru sewaktu Kelompok Kerja Guru.  Silabus menjadi penting dalam perencanaan pembelajaran dikarenakan silabus memuat pokok-pokok program dalam satu mata pelajaran dalam jangka panjang dalam satu semester.
Langkah yang ditempuh guru selanjutnya yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP disusun untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran jangka pendek. RPP berisi pokok-pokok pembelajaran yang direncanakan pada hari tersebut. Media yang digunakan oleh guru berupa benda-benda konkrit yang terdapat di lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar siswa.
Berdasarkan wawancara, observasi dan dokumentasi didapatkan informasi bahwa guru telah merancang pembelajaran dengan metode inquiry. Hal ini ditunjukkan dengan langkah-langkah pembelajaran yang tercantum di dalam RPP telah sesuai dengan langkah langkah metode inquiry. Guru memerlukan perangkat pembelajaran guna mengelola semua kegiatan pembelajaran untuk melaksanakan proses belajar mengajar.
2.      Pelaksanaan Metode Inquiry Mata Pelajaran IPA Di MI Ma’arif NU Kramat
Pembelajaran IPA memuat tiga kegiatan pokok yaitu kegiatan awal/pembuka, kegiatan inti dan kegiatan akhir/penutup. Guru juga telah mengalokasikan waktu dalam RPP untuk membagi dalam tiga kegiatan pembelajaran.
Kegiatan awal atau pembuka pelajaran hal-hal yang dilakukan oleh guru yaitu membuka pelajaran dengan berdoa bersama, mengadakan presensi, mengadakan apersepsi dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
Kegiatan inti dalam pembelajaran IPA dengan metode inquiry menurut pernyataan Wina Sanjaya memuat serangkaian kegiatan seperti orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis dan menarik kesimpulan. Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru telah sesuai dengan langkah-langkah metode inquiry yaitu guru  menetapkan orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.
Di dalam tahapan orientasi guru melakukan serangkaian kegiatan seperti membagikan lembar kerja siswa, menjelaskan tujuan percobaan, menjelaskan alat dan bahan percobaan dan menjelaskan langkah-langkah percobaan. Setelah semua siswa paham, guru baru membagikan alat dan bahan  percobaan.
Tahap kedua dalam metode inquiry adalah merumuskan masalah. Kegiatan merumuskan masalah dilakukan guru dengan cara bertanya jawab dengan siswa yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari.
Perumusan hipotesis dilakukan dengan mengembangkan kemampuan menebak siswa melalui guru mengajukan beberapa  pertanyaan. Perumusan hipotesis telah dilakukan oleh siswa secara sederhana. Guru mempunyai peranan untuk memberikan beberapa kalimat pertanyaan pancingan yang berujung jawaban tersebut diuji  dengan percobaan oleh siswa.
Dalam menguji hipotesis siswa melakukan serangkaian kegiatan. Beberapa kegiatan menyangkut keterampilan proses sains seperti observasi, klasifikasi, komunikasi, inferensi dan prediksi.
Perumusan kesimpulan juga dilakukan oleh siswa dengan bantuan guru. Siswa mempresentasikan hasil percobaan dan kesimpulan di depan kelas disertai demonstrasi pembuktian  percobaan. Kesimpulan dibahas oleh guru dan siswa. Guru memiliki peranan yang penting dalam perumusan kesimpulan karena kesimpulan adalah pokok materi yang telah diperoleh   siswa.
Kegiatan akhir/ penutup dilakukan oleh guru untuk menutup mata pelajaran IPA. Dalam kegiatan ini guru mengemukakan kembali pokok materi-materi yang telah disampaikan sehingga siswa memiliki gambaran materi pembelajaran yang utuh. Selain itu, guru juga memberi pesan-pesan moral seperti untuk lebih rajin belajar.
Dari keseluruhan observasi, dokumentasi dan wawancara, dapat dinyatakan bahwa guru telah melakukan pembelajaran dengan  metode inquiry. Wina Sanjaya menyatakan  untuk melakukan metode inquiry terdapat langkah-langkah yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.  Langkah-langkah yang ditempuh guru sudah mengacu kepada langkah-langkah pembelajaran inquiry yang dinyatakan oleh Wina Sanjaya.
3.      Evaluasi Metode Inquiry Mata Pelajaran IPA Di MI Ma’arif NU Kramat
Evaluasi yang dilakukan oleh guru sejauh pengamatan peneliti yaitu menggunakan evaluasi tes dan nontes. Evaluasi tes dilakukan di akhir pembelajaran dengan memberikan soal kepada anak baik secara lisan maupun tertulis. Evaluasi nontes dilakukan dengan cara guru mendokumentasikan pekerjaan siswa. Namun evaluasi tes yang diberikan guru sejauh ini masih terfokus  pada  ranah  kognitif.
4.      Hambatan-Hambatan Metode Inquiry Mata Pelajaran IPA Di MI Ma’arif NU Kramat
Beberapa hambatan yang terjadi di pembelajaran inquiry mata  pelajaran  IPA muncul dari siswa. Banyak siswa tidak paham dengan langkah-langkah percobaan. Hambatan lain yaitu siswa kebingungan untuk merumuskan kesimpulan. Hambatan tersebut masih wajar karena dalam usia anak sekolah dasar membutuhkan bimbingan guru untuk mendapatkan efektifitas pembelajaran.















BAB V
PENUTUP

Sebagai bagian akhir dari uraian dan penjelasan penelitian ini, penulis akan menyampaikan beberapa hal sebagai kesimpulan, saran dan kata penutup.
A.    Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah penulis laksanakan mengenai metode pembelajaran inquiry dalam pembelajaran IPA maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Proses pembelajaran IPA di MI Ma’arif NU Kramat meliputi kegiatan    awal/pembuka, kegiatan inti dan kegiatan akhir/penutup.  Kegiatan    awal dilakukan oleh guru dengan membuka pelajaran, mengadakan presensi, memberikan apersepsi dan menyebutkan tujuan pembelajaran.
Kegiatan inti meliputi : (a) Orientasi, pada tahap ini guru menggunakan ceramah untuk mengulas materi sebelumnya, memberikan apersepsi dan motifasi pada siswa serta membacakan atau menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis. (b) Merumuskan masalah, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, pertanyaan biasanya tidak jauh dari lingkungan dan kegiatan keseharian siswa. (c) Merumuskan  hipotesis, dari pertanyaan yang tadi telah dijukan kepada siswa maka terbentuklah hipotesis atau jawaban sementara dari pertanyaan yang diajukan pada siswa. (d) Mengumpulkan data, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari kemudian membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok dan guru membacakan langah-langkah kerja yang akan dilakukan. (e) Menguji hipotesis, guru menyuruh dan membimbing serta mengamati siswa melakukan percobaan, beberapa kali guru mengarahkan siswa untuk menuliskan hasil percobaannya karena siswa masih ada yang bingung untuk menuliskan hasil percobaan yang akan dilakukan. (f) Merumuskan kesimpulan, guru menyuruh perwakilan kelompok untuk maju membacakan hasil diskusinya di depan kelas disertai guru memberikan penguatan terhadap jawaban siswa. Kegiatan  penutup dilakukan guru dengan mengadakan refleksi materi pembelajaran, memberikan soal evaluasi dan menutup kegiatan pembelajaran.

B.       Saran-Saran
Dalam rangka meningkatkan kualitas pengajaran di MI Ma’arif NU Kramat terutama berkaiatan dengan pembelajaran IPA, perkenankan penulis memberi beberapa  masukan atau saran-saran, kepada guru-guru MI Ma’arif NU Kramat sebagai berikut :
1.    Guru hendaknya   merancang   perangkat   pembelajaran   IPA  menggunakan metode  inquiry  dengan  sebaik-baiknya  seperti  rencana  pelaksanaan pembelajaran    dan   LKS.
2.    Profesionalitas dari  seorang  guru  dalam mengajar  dan  mendidik  menjadi faktor pendukung keberhasilan  siswa.  Maka  hendaklah guru  menguasai pelajaran  tersebut  dengan  segala  metode  mengajar  sehingga  ketika mengalami kendala mampu mencari jalan keluar sebagai alternatif.

C.      Kata Penutup
Dengan mengucap hamdalah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kemampuan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini walaupun masih jauh dari sempurna.
Penulis telah berusaha secara optimal untuk melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya serta telah berusaha dengan segala kemampuan yang dimiliki, akan tetapi penulis menyadari keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini tentu masih ada banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya tulisan ini.
Akhirnya kepada Allah SWT penulis memohon petunjuk dan hidayah. Semoga Skripsi ini mendapat ridlo-Nya dan dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis sehingga terselesaikannya penulisan Skripsi ini.





DAFTAR PUSTAKA



Aly, Abdullah dan Rahma, Eny. 2013. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta:  Bumi Aksara.

Ardi, Bahrudin. 2013. “Penerapan Metode Inquiry Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ipa Pada Siswa Kelas V Sdn 5 Mayonglor Kabupaten Jepara”. Skripsi. Semarang: UNNES.

Arifin, Zaenal. 2013. Evaluasi Pembelajaran prinsip, teknik, prosedur. Bandung: PT Remaja RosdaKarya.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bahri, Syaiful Djamarah dan Zain, Aswan. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Christoper. 2012. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Metode Contextual Teaching And Learning Di Kelas VI SDN 003 Tarakan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi. Borneo: Universitas Borneo.

Devi, Poppy dkk. 2004. Tangkas Sains. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fatkhurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mufarrokah, Anissatul. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Teras

Mulyasa, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nurfuadi, 2012. Profesionalisme Guru. Purwokerto: Stain Press.

Popham, James dan Baker, Eva L. 2001. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar kreatif berbasis sains. Jogjakarta: DIVA Press.

Roestiyah, 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta, Rineka Cipta.

Roqib, Moh dan Nurfuadi. 2011. Kepribadian Guru. Yogyakarta: Grafindo Litera Media.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saondi, Ondi dan Suherman, Aris. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: PT Refika Aditama.

Sholehudin, Nur. 2014. “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Sub Pokok Bahasan Sumber Daya Alam Melalui Multimedia Learning Di Kelas V MI Ma’arif NU Layansari 02 Kecamatan Gandrungmangu Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2013/2014”. Skripsi. Purwokerto: STAIN Purwokerto.

Slameto, 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Straus, Anselm dan Corbin, Juliet. 2013. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sulistyorini, Sri. 2007. Model Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta, Rineka Cipta.

Trianto. 2011. Mendesain Metode Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.





























LAMPIRAN-LAMPIRAN

 




[1] Trianto, Mendesain Metode Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep, Landasan, Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 2.
[2] Syaiful Djamarah Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2012), hlm. 43.
[3] Moh.Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru, (Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2011), hlm. 118-119.
[4] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2013), hlm. 3.
[5] Sumber: Wawancara dengan Idris Affandi, pada 12 September 2014 Pukul 11.30 WIB.
[6] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 76.
[7] Sumber: Wawancara dengan Sulam Taufik, pada 12 September 2014 Pukul 12.30 WIB.
[8] Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), hlm. 93.
[9] James Popam dan Eva, Teknik Mengajar Secara Sistematis, (Jakarta: Rineka Cipta,  2001), hlm. 141.
[10] Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hlm. 55
[11] Trianto, Mendesain Metode Pembelajaran, hlm 166.
[12] Annisatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 25.
[13] Poppy K Devi dkk, Tangkas Sains, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hlm. iii.
[14] Abdullah Aly & Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta:  Bumi Aksara, 2013), hlm. 18.
[15] Nur Sholehudin, “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Sub Pokok Bahasan Sumber Daya Alam Melalui Multimedia Learning Di Kelas V MI Ma’arif NU Layansari 02 Kecamatan Gandrungmangu Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2013/2014”, Skripsi (Purwokerto: STAIN Purwokerto, 2014).
[16] Christoper, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Metode Contextual Teaching And Learning Di Kelas VI SDN 003 Tarakan Tahun Pelajaran 2011/2012”, Skripsi (Tarakan: Universitas Borneo, 2012).
[17] Bahrudin Ardi, “Penerapan Metode Inquiry Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA Pada Siswa Kelas V Sdn 5 Mayonglor Kabupaten Jepara”, Skripsi (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013).
[18] Pupuh Fatkhurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar..., hlm. 55.
[19] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran..., hlm. 193.
[20] Trianto, Mendesain Metode Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep, Landasan, Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm.18.
[21] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, hlm. 4.
[22] Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran prinsip, teknik, prosedur, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2013), hlm.10.
[23] Nurfuadi, Profesionalisme Guru, (Purwokerto: Stain Press, 2012), hlm. 134.
[24] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, hlm.221-222.
[25] Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta, Rineka Cipta, 2009), hlm. 179.
[26] Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 2012), hlm. 76.
[27] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta, Rineka Cipta, 1995), hlm. 2
[28] Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, hlm. 5-6.
[29] Sitiatava Rizema Putra, Desain Belajar Mengajar kreatif Berbasis Sains, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm. 88-91.
[30] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 196-197.
[31] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, hlm. 222.
[32] Sitiatava Rizema Putra, Desain Belajar Mengajar kreatif Berbasis Sains, hlm. 93-94.
[33] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, hlm. 223-224.
[34] Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, hlm. 184.
[35] Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, hlm. 185-186.
[36] Sitiatava Rizema Putra, Desain Belajar Mengajar kreatif Berbasis Sains, hlm. 107.
[37] Poppy K Devi dkk, Tangkas Sains, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hlm. iii.
[38] Abdullah Aly & Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara,2013), hlm. 18.
[39] Annisatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 25.
[40] Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hlm. 52-53.
[41] Sri Sulistyorini, Model Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007), hlm. 40.
[42] Sri Sulistyorini, Model Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar, hlm. 9-10.
[43] Hasil Dokumentasi di MI Ma’arif NU Kramat pada tanggal 13 April 2015.
[44] Hasil Dokumentasi di MI Ma’arif NU Kramat pada tanggal 13 April 2015.
[45] Hasil Dokumentasi di MI Ma’arif NU Kramat pada tanggal 13 April 2015.
[46] Hasil Dokumentasi di MI Ma’arif NU Kramat pada tanggal 13 April 2015.
[47] Sri Sulistyorini, Model Pembelajaran IPA, hlm. 40.
[48] Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 79.
[49] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, hlm. 202-205.
[50] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 68-70.
[51] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,( Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm.115
[52] Anselm Straus dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 4.
[53] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 203.
[54] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 194-197
[55] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 135.
[56] Sugiyono, Metode Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 335.
[57] Suharsmi Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 202.
[58] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 336-345.
[59] Wawancara dengan guru,  pada tanggal 14 Oktober  2015.