Rabu, 09 Juni 2021

KULIAH BTQ-PGSD/2-STKIP MAJENANG. Sebagai nilai diskusi maka silahkan beri komentar (pertanyaan atau pertanyaan). Terlebih bagi pemakalah maka harus lebih aktif dari yang lain.

 

MAKALAH

Metode Menghafal Al-Qur’an

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : AHMAD ARIFIN ZAIN, M.Pd.

 


 

Disusun oleh:

Lutfiah Zulfa (2001003)

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MAJENANG

2021

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang

Menghafal Al-Qur’an merupakan aktivitas yang dapat dilakukan semua orang. Menghafal Al-Qur’an adalah salah satu cara untuk memelihara kemurnian Al-Qur’an. Oleh karena itu, beruntunglah bagi orang-orang yang dapat menjaga Al-Qur’an dengan cara menghafalkannya. Sedangkan Al-Qur’an sendiri adalah kalam Allah yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi ummat manusia. Untuk memahami isi kandungan Al-Qur’an yaitu dengan cara menghafalkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari (Khoeron, 2012).

Seorang penghafal A-Qur’an dituntut untuk memiliki kertertarikan yang tinggi terhadap Al-Qur’an, baik dalam proses menghafal maupun selesai menghafal. Salah satunya dengan mengetahui keutamaan dan hikmah dalam membaca dam menghafal Al-Qur’an. Seperti yang dipaparkan Nasokah & Khoiri (2011), bahwa bagi Rasulullah membaca dan menghafal Al-Qur’an bermanfaat untuk meneguhkan hati, menguatkan hati dan jiwa, juga membimbing dan membina umat Islam dalam menjalankan syari’at Islam, untuk memberi jawaban dan respon atas permasalahan yang terjadi pada individu.

Namun demikian, menghafal Al-Qur’an bukanlah suatu perkara yang mudah namun bukan pula sesuatu yang tidak mungkin saat ini, karena pada zaman Nabi banyak orang menghafal Qur’an. Dalam buku-buku sejarah telah menerangkan bahwa para sahabat berlomba-lomba dalam menghafalkan AlQur’an, bahkan mereka memerintahkan anak-anak juga istri mereka untuk menghafalkan Al-Qur’an (Supardi & Ilfiana, 2013). Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa menghafalkan Al-Qur’an juga membutuhkan waktu yang panjang. Bahkan, individu dapat menghafal 30 juz membutuhkan waktu 7 tahun lamanya. Beberapa pesantren dan ma’had mengharuskan santrinya menghafal 15 juz hingga 30 juz. Pada kondisi normal santri yang menghafalkan di pesantren tahfidz (hafalan) Al-Qur’an bisa menghatamkan 30 juz dalam waktu 3 sampai 5 tahun (Rizanti, 2013).

Karena menghafal Al-Qur’an itu bukan suatu perkara yang mudah, maka dari itu para penghafal Al-Qur’an membutuhkan dorongan dan keinginan yang kuat dalam diri, semangat, niat yang ikhlas dan perjuangan yang berat untuk menghafalkan keseluruhan ayat A-Qur’an. Menjadi penghafal Qur’an juga menemui banyak kesulitan yang dihadapi, yang terkadang membuat individu terganggu dan menghafal menjadi tidak maksimal. Maka dari itu perlu merubah pola berpikir menjadi lebih positif agar kesulitan, tantangan dan hambatan yang dihadapi menjadi peluang besar menuju kesuksesan, hal inilah yang disebut dengan daya juang.

Kemampuan daya juang disebut dengan Adversity Quotient. Dalam penelitian ini teori daya juang akan menggunakan adversity quotient. Menurut Stoltz (dalam Wardiana dkk, 2014) daya juang adalah kemampuan seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengelola kesulitan yang dialami dengan kecerdasan yang dimiliki, sehingga menjadi sebuah tantangan yang akan diselesaikannya. Daya juang juga merupakan kemampuan individu untuk menggerakkan tujuan hidup kearah masa depan dan juga sebagai alat ukur tentang bagaimana seseorang berhadapan dengan masalah yang dihadapinya (Novianty, 2014).

 

 

 

 

Seorang penghafal Al-Qur’an juga mendapat banyak rintangan dalam menghafal dan menjaga hafalan. Sedangkan, untuk memperoleh tingkatan hafalan yang baik dan benar tentu tidak cukup hanya dengan menghafal sekali saja, namun berkali-kali. Sebagian besar para penghafal mengalami kesulitan yang bisa saja disebabkan oleh beragam masalah yang dihadapi seperti : menghafal itu susah, banyak ayat-ayat yang serupa, gangguan kejiwaan, gangguan lingkungan, atau banyaknya kesibukan yang lain (Akbar & Ismail, 2016). Sebagaimana yang digambarkan informan yang telah diwawancarai, yang berinisial S berusia 68 tahun seorang nenek yang saat ini sedang dalam proses menghafal Qur’an. Informan menghafalkan Al-Qur’an dengan membaca berkali-kali dan juga menyatakan bahwa motivasi informan ingin menghafal menambah bekal saat diakhirat serta memperbaiki bacaan Qur’an. Disini informan mengatakan hambatan yang dialami ketika banyak kegiatan yang menyita waktu informan menghafal dan sering lupa. Sedangkan dari informan kedua beranama SL seorang 4 single mother berusia 53 tahun yang bekerja sebagai penjahit dan ibu rumah tangga. Saat ini informan mengikuti program tahfidz dengan motivasi ingin ditinggikan derajatnya saat disurga dan sebagai kebutuhan untuk mendidik anakanaknya setelah suami meninggal dunia. Informan pun menghafal Al-Qur’an secara berulang-ulang dan hambatan yang dialami sering lupa dengan ayat yang sudah disetorkan kepada ustadzah dan saat informan berpergian jauh karena menyita waktu untuk menghafal.

Proses menghafal Al-Qur’an yang terbilang sulit dan membutuhkan waktu yang lama, maka dari itu dibutuhkan kegigihan dan kesabaran yang ekstra. Menurut Anggen (2012), menyatakan bahwa sabar memiliki pengertian tahan menghadapi cobaan dan kesulitan. Yang mana, dalam hidup seharusnya individu memiliki ketahanan yang lebih untuk menghadapi berbagai cobaan yang terjadi dalam hidup, tidak boleh marah, tidak mudah putus asa ketika menghadapi kesulitan. Sedangkan menurut Sirjani & Kholiq (2007), dalam teori daya juang penghafal Al-Qur’an dapat diibaratkan menjadi seorang pendaki gunung. Yang mana, proses mendaki gunung puncaknya saat individu hafal sampai 30 juz. Proses yang terus menanjak dan sangat melelahkan membuat individu harus merasakan kelelahan dan kesulitan. Kepuasan dan kesuksesan untuk dapat menghafalkan hingga keseluruhan harus dicapai dengan usaha yang berat, tak kenal lelah dan terus mendaki meskipun terkadang merasa bahwa langkah demi langkah yang ditempuh terasa lambat. Namun, menjadi pendaki harus bergerak maju kedepan dan keatas, terus maju sampai puncak gunung. Oleh karena itu, seorang penghafal Al-Qur’an kemampuan dalam mengingat juga harus mempunyai tekad yang kuat, kesiapan lahir batin, usaha yang keras, serta pengaturan diri yang ketat.

Menurut Stoltz (2003), menyatakan tipe seorang pendaki gunung dalam mendaki ada tiga yaitu, quitters (mereka yang berhenti) orang yang tidak ingin mencoba dalam menghafal Qur’an tanpa adanya usaha. Campers (mereka yang berkemah) orang yang sudah merasa puas dan nyaman dengan apa yang sudah diperoleh saat ini, dan tidak ingin melanjutkan dalam berusaha. Climbers (seorang pendaki) orang yang tidak mudah putus asa sehingga individu sampai pada puncaknya yaitu 30 juz, tahap ini individu memiliki semangat yang tinggi walaupun banyak mengalami kesulitan selama proses itu berlangsung.

Sedangkan menurut Herry (2013), dalam menghafalkan Al-Qur’an seorang penghafal dituntut untuk memiliki niat yang ikhlas, tekad yang kuat karena tugas tersebut sangat agung dan berat, mampu mengelola waktu dengan baik, mampu menciptakan tempat yang nyaman, mampu memotivasi diri, serta mampu melatih konsentrasi dengan baik agar dapat memecahkan masalah. Karena setiap kali penghafal Al-Qur’an menfokuskan konsentrasi lebih banyak pada suatu halaman Al-Qur’an yang ingin dihafal, maka ketika itu pula waktu dan kesungguhan yang dibutuhkan hanya sedikit.[1]

BAB II

PEMBAHASAN

A.   Pengertian Metode Menghafal Al-Qur’an

Metode secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “metodos” kata ini berasal dari dua suku kata yaitu: “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan yang di lalui untuk mencapai tujuan.1 Metode adalah seperangkat langkah yang harus dikerjakan yang tersusun secara sistematis dan logis.2 Jadi metode berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.

Tahfidz Al-Qur’an berasal dari dua suku kata, yaitu tahfidz dan AlQur’an. Kata tahfidz berasal dari bahasa arab yaitu (hafidza - yahfadzu – hifdzan) yang berarti menghafal atau lawan dari lupa dan sedikit lupa.3 Sedangkan, Al-Qur’an adalah firman-firman Allah yg diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia kitab suci umat Islam.

Penggabungan kata Al-Qur’an dalam tahfidz merupakan bentuk idhofah yang berarti menghafalkannya. Dalam tataran praktisnya, yaitu membaca dengan lisan sehingga menimbulkan ingatan dalam pikiran dan meresap masuk dalam hati untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata tahfidz AlQur’an dapat diterjemahkan secara sederhana yaitu menghafalkan Alquran.

Menurut Al Zabidi, menghafal maksutnya adalah Wa ahu ala zahri qalb (menghafal Al-Qur’an diluar kepala), atau juga bermakna Istizharahu (menghafalkan). Menurut Manzur, berarti Mana’ahu min al-diya yaitu menjaga dari hilangnya dan kehancurannya. Jika dikaitkan dengan Al-Qur’an maka berarti menjaga terus-menerus, agar Alquran tetap terjaga dan tidak hilang kemurniannya. Sedangkan menurut Gagne, menghafal merupakan salah satu bentuk strategi kognitif sebagai organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill) yang diperlukan dalam belajar mengingat dan berpikir.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan,metode tahfidz Al-Qur’an adalah suatu cara untuk memelihara, menjaga, dan melestarikan kemurnian AlQur’an yang diturunkan kepada Rasululloh SAW di luar kepala agar tidak terjadi perubahan isi dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun sebagianya secara terus-menerus.

 

[2]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B.    Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

 

1.      Didahulukan Menjadi Imam Shalat Berjamaah

 

Dari Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Yang paling berhak jadi imam adalah yang paling banyak hafalan Al Qur’an nya. Jika dalam hafalan Al Quran mereka sama, maka didahulukan yang paling paham dengan sunnah dan seseorang tidak boleh menjadi imam di wilayah orang lain.”
(HR. Ahmad 17526, Muslim 1564, dan yang lainnya).

 

2.      Diutamakan Menjadi Pemimpin

 

Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah, beliau menunjuk Nafi’ bin Abdul Harits untuk menjadi gubernur di Mekah. Kemudian Umar mengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Sesungguhnya Allah mengangkat sebagian kaum berkat kitab Al Qur’an, dan Allah menghinakan kaum yang lain, juga karena Al Qur’an.”
(HR. Ahmad 237 & Muslim 1934).

 

3.      Selalu Ditemani Malaikat

 

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Orang yang membaca dan menghafal Al Qur’an, dia bersama para malaikat yang mulia. Sementara orang yang membaca Al Qur’an, dia berusaha menghafalnya, dan itu menjadi beban baginya, maka dia mendapat dua pahala.”
(HR. Bukhari 4937)

 

4.      Ketika Meninggal, Akan Didahulukan

 

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma pernah bercerita, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan dua jenazah uhud dalam satu kain kafan. Setiap hendak memakamkan, beliau bertanya, “Siapa yang paling banyak hafalan qur’annya?” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memposisikan yang paling banyak hafalannya di posisi paling dekat dengan lahat. Lalu beliau bersabda,

“Saya akan menjadi saksi bagi mereka kelak di hari kiamat.”
(HR. Bukhari 1343 & Turmudzi 1053).

 

5.      Kedudukan di Surga, Sesuai Banyaknya Ayat Yang di Hafal

 

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ditawarkan kepada penghafal Al Qur’an, baca dan naiklah ke tingkat berikutnya. Baca dengan tartil sebagaimana dulu kamu mentartilkan Al Qur’an ketika di dunia. Karena kedudukanmu di surga setingkat dengan banyaknya ayat yang kamu hafal.”
(HR. Abu Daud 1466, Turmudzi 3162 dan dishahihkan Al-Albani).

 

6.      Al Qur’an Akan Memberi Syafaat

 

Tidak ada orang yang bisa menolang kita saat di hari kiamat, Sobat Al Hasanah. Beruntunglah jika kamu merupakan seorang hafidz/hafidzah, karena Al-Qur’an akan menjadi penolongmu. Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu bercerita, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Rajinlah membaca Al Qur’an, karena dia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya di hari kiamat.”
(HR. Muslim 1910)

 

7.      Akan Diberi Mahkota dan Pakaian Kemuliaan

 

Ini adalah keutamaan yang sangat istimewa jika kita mampu menjadi penghafal Al-Qur’an. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Al Qur’an akan datang pada hari kiamat, lalu dia berkata, “Ya Allah, berikan dia perhiasan.” Lalu Allah berikan seorang hafidz al-Quran mahkota kemuliaan.

Al Qur’an meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan untuknya.” Lalu dia diberi pakaian perhiasan kemuliaan. Kemudian dia minta lagi, “Ya Allah, ridhai dia.” Allah-pun meridhainya. Lalu dikatakan kepada hafidz Al Qur’an,

“Bacalah dan naiklah, akan ditambahkan untukmu pahala dari setiap ayat yang kamu baca.
(HR. Turmudzi 3164 dan beliau menilai Hasan shahih)

 

8.      Kelak di Akhirat Orang Tuanya Akan Diberikan Mahkota Cahaya

 

Nah, poin terakhir ini akan menjadi hadiah yang sangat berarti bagi orangtua kita nanti, Sobat Al Hasanah. Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang menghafal Al Qur’an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari.

Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya,

“Disebabkan anakmu telah mengamalkan Al Qur’an.”
(HR. Hakim 1/756 dan dihasankan al-Abani)

[3]

 

 

C.   Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menghafal Al-Qur’an

1.      Menata Niat

Niat yang tepat sangatlah penting. Adalah sebuah bencana jika kita telah menghabiskan waktu dan tenaga untuk menghafalkan al-quran, namun ternyata usaha tersebut sia-sia karena niat kita salah.

Niat yang tepat tentunya adalah ibadah lillahi taala. Jangan sampai niat kita terkotori dengan noda seperti keinginan untuk dipuji, untuk dikenal, untuk mendapat dunia dll.

2.      Menjauhi Maksiat

Imam Syafii pernah bercerita kepada gurunya tentang susahnya menghafal. Lalu gurunya menasehatinya untuk menjauhi maksiat. Karena ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat.

3.      Membangun Lingkungan Kondusif

Akan jauh lebih mudah dalam menghafal jika anda berada di lingkungan yang mendukung.

D.   Cara Menghafal Al-Qur’an dengan Metode 3T + 1 M

1.      Talqin atau Tasmi’

Talqin berarti seorang Ustadz membacakan al-Quran untuk kemudian diikuti oleh para muridnya.

 

Jika anda tidak memiliki Ustadz yang dapat membacakan kepada Anda, mendengarkan bacaan al-Quran dari rekaman juga dapat menjadi salah satu alternatif.

 

Meskipun alternatif tersebut tidak sebagai sebaik jika anda berhadapan dengan ustadz secara langsung. Karena jika anda berhadapan langsung dengan Ustadz, maka bacaan anda yang salah saat mengikuti bacaan, dapat langsung dikoreksi.

 

Adapun tasmi’ berarti seorang murid membaca al-Quran untuk didengarkan oleh ustadz.

 

2.      Tafahhum

Arti dari tafahhum adalah memahami arti dari bacaan Al-Quran yang akan dihafal. Tentunya tidak semua orang harus melalui tahapan ini dalam menghafal. Yang dianjurkan untuk memahami al-Quran saat menghafal adalah mereka yang berusia remaja serta dewasa.

 

3.      Tikrar

Tikrar berarti mengulang-ulangi bacaaan hingga hafal.

Caranya?

1.      Baca ayat pertama hingga 10-20 kali hingga hafal

2.      Lalu baca ayat kedua sebanyak 10-20 kali hingga hafal

3.      Baca ayat pertama + kedua sebanyak 10-20 kali hingga hafal

4.      Lalu baca ayat ketiga sebanyak 10-20 kali hingga hafal

5.      Kembali baca ayat pertama + kedua + ketiga sebanyak 10-20 kali hingga hafal

6.      Dan seterusnya

 

4.      Muraja’ah

Setelah hafal, ulangi kembali bacaan tersebut. Inilah yang dimaksud dengan muraja’ah. Muraja’ah sangat penting karena muraja’ah inilah yang akan melekatkan hafalan secara lebih kuat ke dalam benak kita.

 

E.    Tips dalam Menghafal Al Qur’an

1.      Menggunakan 1 mushaf

Sangat dianjurkan untuk menggunakan 1 Mushaf yang sama selama proses menghafalkan Al-Quran. Hal ini akan sangat memudahkan dalam proses menghafal.

2.      Mendengarkan Bacaan Qari

Membiasakan diri mendengarkan bacaan dari seorang qari dapat membantu kita dalam menambah ataupun mengulangi hafalan.

Anda dapat mendengarkan bacaan para Imam di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dapat membantu kita memiliki makharijul huruf yang tepat. Plus, kita juga dapat membiasakan diri untuk berhenti (waqf) di titik yang tepat.

Selain itu, anda juga dapat mendengarkan qari lain yang anda sukai. Untuk memudahkan dalam hafalan, usahakan mendengarkan bacaan murattal, bukan mujawwad.

3.      Teknologi, sarana memaksimalkan cara menghafal al-quran

Berada dalam perjalanan namun tidak membawa mushaf? Pastikan anda sudah menginstall aplikasi Al-Quran di HP. Sehingga kemanapun anda pergi, anda dapat selalu membaca ataupun mendengarkan al-Quran.

F.    Waktu yang Terbaik untuk Menambah Hafalan dan Murajaah

 

Waktu terbaik untuk menambah hafalan adalah pada sepertiga malam terakhir dan dilanjutkan setelah shubuh hingga terbitnya matahari.
Waktu terbaik untuk murajaah adalah pada saat shalat sunnah serta setelah shalat fardhu.
[4]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

Menghafal Al-Qur‟an merupakan usaha dengan sadar dan sungguh- sungguh yang dilakukan untuk mengingat dan meresapkan bacaan kitab suci Al-Quran yang mengandung mukjizat ke dalam fikiran agar selalu ingat, dengan menggunakan strategi atau metode tertentu. Metode menghafal al-qur’an ini juga bisa disebut dengan metode tahfidz al-qur’an. Metode tahfidz al-qur’an  adalah suatu cara untuk memelihara, menjaga, dan melestarikan kemurnian AlQur’an yang diturunkan kepada Rasululloh SAW di luar kepala agar tidak terjadi perubahan isi dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun sebagianya secara terus-menerus.

Dalam menghafalkan Al-Qur’an seorang penghafal dituntut untuk memiliki niat yang ikhlas, tekad yang kuat karena tugas tersebut sangat agung dan berat, mampu mengelola waktu dengan baik, mampu menciptakan tempat yang nyaman, mampu memotivasi diri, serta mampu melatih konsentrasi dengan baik agar dapat memecahkan masalah. Proses menghafal Al-Qur’an yang terbilang membutuhkan waktu yang relatif lama, maka dari itu dibutuhkan kegigihan dan kesabaran yang ekstra. Proses yang terus menanjak dan sangat melelahkan membuat individu harus merasakan kelelahan dan kesulitan. Kepuasan dan kesuksesan untuk dapat menghafalkan hingga keseluruhan harus dicapai dengan usaha yang berat, tak kenal lelah dan terus mendaki meskipun terkadang merasa bahwa langkah demi langkah yang ditempuh terasa lambat. Namun, menjadi pendaki harus bergerak maju kedepan dan keatas, terus maju sampai puncak gunung. Oleh karena itu, seorang penghafal Al-Qur’an kemampuan dalam mengingat juga harus mempunyai tekad yang kuat, kesiapan lahir batin, usaha yang keras, serta pengaturan diri yang ketat.

DAFTAR PUSTAKA

 

Affandi, Taufiq. Cara Menghafal Al-Qur’an : Metode 3 T + 1 M, Mudah dan Efektif (https://unida.gontor.ac.id/cara-menghafal-al-quran-metode-3t1m/ , diakses pada 11 Maret 2020. Pukul 07:30 ).

BAB I. Pendahuluan. Latar Belakang Menghafal al-qur’an . pdf (http://eprints.ums.ac.id/56222/4/BAB%20I.pdf , diakses pada 3 Maret 2021. Pukul 22:43).

BAB II. Kajian Pustaka.Metode Tahfidzh Al-qur’an . pdf (http://repo.iain-tulungagung.ac.id/14489/5/BAB%20II.pdf, diakses pada 11 Maret 2021. Pukul 10:41 ).

PONPES AL HASANAH BENGKULU. 2020. Inilah Keutamaan Menjadi Hafidz/Hafidzah (https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/inilah-keutamaan-menjadi-hafidz- /#:~: hafidzah text=Dari%20Aisyah%20radhiyallahu%20'anha%2C%20Nabi,maka%20dia%20mendapat%20dua%20pahala.%E2%80%9D, diakses pada 11 Maret 2020. Pukul 07 : 03 ).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] BAB I.  Pendahuluan. Latar  Belakang  Menghafal al-qur’an . pdf (http://eprints.ums.ac.id/56222/4/BAB%20I.pdf , diakses pada 3 Maret 2021. Pukul 22:43).

 

 

[2]BAB II. Kajian Pustaka.Metode Tahfidzh Al-qur’an . pdf (http://repo.iain-tulungagung.ac.id/14489/5/BAB%20II.pdf, diakses pada 11 Maret 2021. Pukul 10:41 )

 

[4] Affandi, Taufiq. Cara Menghafal Al-Qur’an : Metode 3 T + 1 M, Mudah dan Efektif (https://unida.gontor.ac.id/cara-menghafal-al-quran-metode-3t1m/ , diakses pada 11 Maret 2021. Pukul 07:30 )