MAKALAH
Metode
Menghafal Al-Qur’an
Makalah
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas terstruktur mata
kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen
Pengampu : AHMAD ARIFIN ZAIN, M.Pd.
Disusun
oleh:
Lutfiah Zulfa (2001003)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MAJENANG
2021
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghafal Al-Qur’an merupakan aktivitas
yang dapat dilakukan semua orang. Menghafal Al-Qur’an adalah salah satu cara
untuk memelihara kemurnian Al-Qur’an. Oleh karena itu, beruntunglah bagi
orang-orang yang dapat menjaga Al-Qur’an dengan cara menghafalkannya. Sedangkan
Al-Qur’an sendiri adalah kalam Allah yang berfungsi sebagai petunjuk atau
pedoman bagi ummat manusia. Untuk memahami isi kandungan Al-Qur’an yaitu dengan
cara menghafalkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari (Khoeron,
2012).
Seorang penghafal A-Qur’an dituntut untuk
memiliki kertertarikan yang tinggi terhadap Al-Qur’an, baik dalam proses
menghafal maupun selesai menghafal. Salah satunya dengan mengetahui keutamaan
dan hikmah dalam membaca dam menghafal Al-Qur’an. Seperti yang dipaparkan
Nasokah & Khoiri (2011), bahwa bagi Rasulullah membaca dan menghafal
Al-Qur’an bermanfaat untuk meneguhkan hati, menguatkan hati dan jiwa, juga
membimbing dan membina umat Islam dalam menjalankan syari’at Islam, untuk
memberi jawaban dan respon atas permasalahan yang terjadi pada individu.
Namun demikian,
menghafal Al-Qur’an bukanlah suatu perkara yang mudah namun bukan pula sesuatu
yang tidak mungkin saat ini, karena pada zaman Nabi banyak orang menghafal
Qur’an. Dalam buku-buku sejarah telah menerangkan bahwa para sahabat
berlomba-lomba dalam menghafalkan AlQur’an, bahkan mereka memerintahkan
anak-anak juga istri mereka untuk menghafalkan Al-Qur’an (Supardi &
Ilfiana, 2013). Hasil dari penelitian menjelaskan
bahwa menghafalkan Al-Qur’an juga membutuhkan waktu yang panjang. Bahkan,
individu dapat menghafal 30 juz membutuhkan waktu 7 tahun lamanya. Beberapa
pesantren dan ma’had mengharuskan santrinya menghafal 15 juz hingga 30 juz.
Pada kondisi normal santri yang menghafalkan di pesantren tahfidz (hafalan)
Al-Qur’an bisa menghatamkan 30 juz dalam waktu 3 sampai 5 tahun (Rizanti,
2013).
Karena
menghafal Al-Qur’an itu bukan suatu perkara yang mudah, maka dari itu para
penghafal Al-Qur’an membutuhkan dorongan dan keinginan yang kuat dalam diri,
semangat, niat yang ikhlas dan perjuangan yang berat untuk menghafalkan
keseluruhan ayat A-Qur’an. Menjadi penghafal Qur’an juga menemui banyak
kesulitan yang dihadapi, yang terkadang membuat individu terganggu dan
menghafal menjadi tidak maksimal. Maka dari itu
perlu merubah pola berpikir menjadi lebih positif agar kesulitan, tantangan dan
hambatan yang dihadapi menjadi peluang besar menuju kesuksesan, hal inilah yang
disebut dengan daya juang.
Kemampuan daya juang disebut dengan
Adversity Quotient. Dalam penelitian ini teori daya juang akan menggunakan
adversity quotient. Menurut Stoltz (dalam Wardiana dkk, 2014) daya juang adalah
kemampuan seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengelola kesulitan yang
dialami dengan kecerdasan yang dimiliki, sehingga menjadi sebuah tantangan yang
akan diselesaikannya. Daya juang juga merupakan kemampuan individu untuk
menggerakkan tujuan hidup kearah masa depan dan juga sebagai alat ukur tentang
bagaimana seseorang berhadapan dengan masalah yang dihadapinya (Novianty,
2014).
Seorang penghafal Al-Qur’an juga
mendapat banyak rintangan dalam menghafal dan menjaga hafalan. Sedangkan, untuk
memperoleh tingkatan hafalan yang baik dan benar tentu tidak cukup hanya dengan
menghafal sekali saja, namun berkali-kali. Sebagian besar para penghafal
mengalami kesulitan yang bisa saja disebabkan oleh beragam masalah yang
dihadapi seperti : menghafal itu susah, banyak ayat-ayat yang serupa, gangguan
kejiwaan, gangguan lingkungan, atau banyaknya kesibukan yang lain (Akbar &
Ismail, 2016). Sebagaimana yang digambarkan informan yang telah diwawancarai,
yang berinisial S berusia 68 tahun seorang nenek yang saat ini sedang dalam
proses menghafal Qur’an. Informan menghafalkan Al-Qur’an dengan membaca
berkali-kali dan juga menyatakan bahwa motivasi informan ingin menghafal
menambah bekal saat diakhirat serta memperbaiki bacaan Qur’an. Disini informan
mengatakan hambatan yang dialami ketika banyak kegiatan yang menyita waktu
informan menghafal dan sering lupa. Sedangkan dari informan kedua beranama SL
seorang 4 single mother berusia 53 tahun yang bekerja sebagai penjahit dan ibu
rumah tangga. Saat ini informan mengikuti program tahfidz dengan motivasi ingin
ditinggikan derajatnya saat disurga dan sebagai kebutuhan untuk mendidik
anakanaknya setelah suami meninggal dunia. Informan pun menghafal Al-Qur’an
secara berulang-ulang dan hambatan yang dialami sering lupa dengan ayat yang
sudah disetorkan kepada ustadzah dan saat informan berpergian jauh karena
menyita waktu untuk menghafal.
Proses menghafal Al-Qur’an yang
terbilang sulit dan membutuhkan waktu yang lama, maka dari itu dibutuhkan
kegigihan dan kesabaran yang ekstra. Menurut Anggen (2012), menyatakan bahwa
sabar memiliki pengertian tahan menghadapi cobaan dan kesulitan. Yang mana,
dalam hidup seharusnya individu memiliki ketahanan yang lebih untuk menghadapi
berbagai cobaan yang terjadi dalam hidup, tidak boleh marah, tidak mudah putus
asa ketika menghadapi kesulitan. Sedangkan menurut Sirjani & Kholiq (2007),
dalam teori daya juang penghafal Al-Qur’an dapat diibaratkan menjadi seorang
pendaki gunung. Yang mana, proses mendaki gunung puncaknya saat individu hafal
sampai 30 juz. Proses yang terus menanjak dan sangat melelahkan membuat
individu harus merasakan kelelahan dan kesulitan. Kepuasan dan kesuksesan untuk
dapat menghafalkan hingga keseluruhan harus dicapai dengan usaha yang berat,
tak kenal lelah dan terus mendaki meskipun terkadang merasa bahwa langkah demi
langkah yang ditempuh terasa lambat. Namun, menjadi pendaki harus bergerak maju
kedepan dan keatas, terus maju sampai puncak gunung. Oleh karena itu, seorang
penghafal Al-Qur’an kemampuan dalam mengingat juga harus mempunyai tekad yang
kuat, kesiapan lahir batin, usaha yang keras, serta pengaturan diri yang ketat.
Menurut Stoltz (2003), menyatakan
tipe seorang pendaki gunung dalam mendaki ada tiga yaitu, quitters (mereka yang
berhenti) orang yang tidak ingin mencoba dalam menghafal Qur’an tanpa adanya
usaha. Campers (mereka yang berkemah) orang yang sudah merasa puas dan nyaman
dengan apa yang sudah diperoleh saat ini, dan tidak ingin melanjutkan dalam
berusaha. Climbers (seorang pendaki) orang yang tidak mudah putus asa sehingga
individu sampai pada puncaknya yaitu 30 juz, tahap ini individu memiliki
semangat yang tinggi walaupun banyak mengalami kesulitan selama proses itu
berlangsung.
Sedangkan
menurut Herry (2013), dalam menghafalkan Al-Qur’an seorang penghafal dituntut
untuk memiliki niat yang ikhlas, tekad yang kuat karena tugas tersebut sangat
agung dan berat, mampu mengelola waktu dengan baik, mampu menciptakan tempat
yang nyaman, mampu memotivasi diri, serta mampu melatih konsentrasi dengan baik
agar dapat memecahkan masalah. Karena setiap kali penghafal Al-Qur’an
menfokuskan konsentrasi lebih banyak pada suatu halaman Al-Qur’an yang ingin
dihafal, maka ketika itu pula waktu dan kesungguhan yang dibutuhkan hanya
sedikit.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Menghafal Al-Qur’an
Metode secara etimologi berasal dari bahasa Yunani
“metodos” kata ini berasal dari dua suku kata yaitu: “metha” yang berarti
melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti
jalan yang di lalui untuk mencapai tujuan.1 Metode adalah seperangkat langkah
yang harus dikerjakan yang tersusun secara sistematis dan logis.2 Jadi metode
berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.
Tahfidz Al-Qur’an berasal dari dua suku kata, yaitu
tahfidz dan AlQur’an. Kata tahfidz berasal dari bahasa arab yaitu (hafidza -
yahfadzu – hifdzan) yang berarti menghafal atau lawan dari lupa dan sedikit
lupa.3 Sedangkan, Al-Qur’an adalah firman-firman Allah yg diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan
diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia kitab suci umat
Islam.
Penggabungan
kata Al-Qur’an dalam tahfidz merupakan bentuk idhofah yang berarti
menghafalkannya. Dalam tataran praktisnya, yaitu membaca dengan lisan sehingga
menimbulkan ingatan dalam pikiran dan meresap masuk dalam hati untuk diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kata tahfidz AlQur’an dapat diterjemahkan secara
sederhana yaitu menghafalkan Alquran.
Menurut Al Zabidi, menghafal maksutnya adalah Wa ahu ala
zahri qalb (menghafal Al-Qur’an diluar kepala), atau juga bermakna Istizharahu
(menghafalkan). Menurut Manzur, berarti Mana’ahu min
al-diya yaitu menjaga dari hilangnya dan kehancurannya. Jika dikaitkan dengan
Al-Qur’an maka berarti menjaga terus-menerus, agar Alquran tetap terjaga dan
tidak hilang kemurniannya. Sedangkan menurut Gagne, menghafal merupakan salah
satu bentuk strategi kognitif sebagai organisasi keterampilan yang internal
(internal organized skill) yang diperlukan dalam belajar mengingat dan
berpikir.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan,metode tahfidz
Al-Qur’an adalah suatu cara untuk memelihara, menjaga, dan melestarikan
kemurnian AlQur’an yang diturunkan kepada Rasululloh SAW di luar kepala agar
tidak terjadi perubahan isi dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan
baik secara keseluruhan maupun sebagianya secara terus-menerus.
B.
Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
1.
Didahulukan Menjadi Imam Shalat Berjamaah
Dari Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Yang
paling berhak jadi imam adalah yang paling banyak hafalan Al Qur’an nya. Jika
dalam hafalan Al Quran mereka sama, maka didahulukan yang paling paham dengan
sunnah dan seseorang tidak boleh menjadi imam di wilayah orang lain.”
(HR. Ahmad 17526, Muslim 1564, dan yang lainnya).
2.
Diutamakan Menjadi Pemimpin
Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah,
beliau menunjuk Nafi’ bin Abdul Harits untuk menjadi gubernur di Mekah. Kemudian
Umar mengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Sesungguhnya
Allah mengangkat sebagian kaum berkat kitab Al Qur’an, dan Allah menghinakan
kaum yang lain, juga karena Al Qur’an.”
(HR. Ahmad 237 & Muslim 1934).
3.
Selalu Ditemani Malaikat
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Orang
yang membaca dan menghafal Al Qur’an, dia bersama para malaikat yang mulia.
Sementara orang yang membaca Al Qur’an, dia berusaha menghafalnya, dan itu
menjadi beban baginya, maka dia mendapat dua pahala.”
(HR. Bukhari 4937)
4.
Ketika Meninggal, Akan Didahulukan
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma pernah
bercerita, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan dua jenazah uhud
dalam satu kain kafan. Setiap hendak memakamkan, beliau bertanya, “Siapa yang
paling banyak hafalan qur’annya?” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
memposisikan yang paling banyak hafalannya di posisi paling dekat dengan lahat.
Lalu beliau bersabda,
“Saya
akan menjadi saksi bagi mereka kelak di hari kiamat.”
(HR. Bukhari 1343 & Turmudzi 1053).
5.
Kedudukan di Surga, Sesuai Banyaknya Ayat Yang di Hafal
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ditawarkan kepada penghafal Al Qur’an,
baca dan naiklah ke tingkat berikutnya. Baca dengan tartil sebagaimana dulu
kamu mentartilkan Al Qur’an ketika di dunia. Karena kedudukanmu di surga
setingkat dengan banyaknya ayat yang kamu hafal.”
(HR. Abu Daud 1466, Turmudzi 3162 dan dishahihkan Al-Albani).
6.
Al Qur’an Akan Memberi Syafaat
Tidak ada orang yang bisa menolang kita saat di hari
kiamat, Sobat Al Hasanah. Beruntunglah jika kamu merupakan seorang
hafidz/hafidzah, karena Al-Qur’an akan menjadi penolongmu. Dari Abu Umamah
al-Bahili radhiyallahu ‘anhu bercerita, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Rajinlah
membaca Al Qur’an, karena dia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya di hari
kiamat.”
(HR. Muslim 1910)
7.
Akan Diberi Mahkota dan Pakaian Kemuliaan
Ini adalah
keutamaan yang sangat istimewa jika kita mampu menjadi penghafal Al-Qur’an.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Al Qur’an akan datang pada hari kiamat, lalu dia berkata, “Ya Allah,
berikan dia perhiasan.” Lalu Allah berikan seorang hafidz al-Quran mahkota
kemuliaan.
Al Qur’an meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan
untuknya.” Lalu dia diberi pakaian perhiasan kemuliaan. Kemudian dia minta
lagi, “Ya Allah, ridhai dia.” Allah-pun meridhainya. Lalu dikatakan kepada
hafidz Al Qur’an,
“Bacalah
dan naiklah, akan ditambahkan untukmu pahala dari setiap ayat yang kamu baca.
(HR. Turmudzi 3164 dan beliau menilai Hasan shahih)
8.
Kelak di Akhirat Orang Tuanya Akan Diberikan Mahkota Cahaya
Nah, poin terakhir
ini akan menjadi hadiah yang sangat berarti bagi orangtua kita nanti, Sobat Al Hasanah.
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang menghafal Al Qur’an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah
akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya
seperti matahari.
Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang
tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa
saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya,
“Disebabkan
anakmu telah mengamalkan Al Qur’an.”
(HR. Hakim 1/756 dan dihasankan al-Abani)
C. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menghafal Al-Qur’an
1.
Menata Niat
Niat yang tepat sangatlah penting. Adalah sebuah bencana
jika kita telah menghabiskan waktu dan tenaga untuk menghafalkan al-quran,
namun ternyata usaha tersebut sia-sia karena niat kita salah.
Niat yang tepat tentunya adalah ibadah lillahi taala.
Jangan sampai niat kita terkotori dengan noda seperti keinginan untuk dipuji,
untuk dikenal, untuk mendapat dunia dll.
2.
Menjauhi Maksiat
Imam Syafii pernah bercerita kepada gurunya tentang
susahnya menghafal. Lalu gurunya menasehatinya untuk menjauhi maksiat. Karena
ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang
bermaksiat.
3.
Membangun Lingkungan Kondusif
Akan jauh lebih mudah dalam menghafal jika anda berada di
lingkungan yang mendukung.
D. Cara Menghafal Al-Qur’an dengan Metode 3T + 1 M
1. Talqin atau Tasmi’
Talqin berarti seorang Ustadz membacakan al-Quran untuk
kemudian diikuti oleh para muridnya.
Jika anda tidak memiliki Ustadz yang dapat membacakan kepada
Anda, mendengarkan bacaan al-Quran dari rekaman juga dapat menjadi salah satu
alternatif.
Meskipun alternatif tersebut tidak sebagai sebaik jika anda
berhadapan dengan ustadz secara langsung. Karena jika anda berhadapan langsung
dengan Ustadz, maka bacaan anda yang salah saat mengikuti bacaan, dapat
langsung dikoreksi.
Adapun tasmi’ berarti seorang murid membaca al-Quran untuk
didengarkan oleh ustadz.
2.
Tafahhum
Arti dari tafahhum adalah memahami arti dari bacaan Al-Quran
yang akan dihafal. Tentunya tidak semua orang harus melalui tahapan ini dalam
menghafal. Yang dianjurkan untuk memahami al-Quran saat menghafal adalah mereka
yang berusia remaja serta dewasa.
3. Tikrar
Tikrar berarti
mengulang-ulangi bacaaan hingga hafal.
Caranya?
1. Baca ayat pertama
hingga 10-20 kali hingga hafal
2. Lalu baca ayat
kedua sebanyak 10-20 kali hingga hafal
3. Baca ayat pertama +
kedua sebanyak 10-20 kali hingga hafal
4. Lalu baca ayat
ketiga sebanyak 10-20 kali hingga hafal
5. Kembali baca ayat
pertama + kedua + ketiga sebanyak 10-20 kali hingga hafal
6. Dan seterusnya
4. Muraja’ah
Setelah hafal, ulangi kembali bacaan tersebut. Inilah yang dimaksud
dengan muraja’ah. Muraja’ah sangat penting karena muraja’ah inilah yang akan
melekatkan hafalan secara lebih kuat ke dalam benak kita.
E. Tips dalam Menghafal Al Qur’an
1.
Menggunakan 1 mushaf
Sangat dianjurkan untuk menggunakan 1 Mushaf yang sama
selama proses menghafalkan Al-Quran. Hal ini akan sangat memudahkan dalam
proses menghafal.
2.
Mendengarkan Bacaan Qari
Membiasakan diri mendengarkan bacaan dari seorang qari
dapat membantu kita dalam menambah ataupun mengulangi hafalan.
Anda dapat mendengarkan bacaan para Imam di Masjidil
Haram dan Masjid Nabawi dapat membantu kita memiliki makharijul huruf yang
tepat. Plus, kita juga dapat membiasakan diri untuk berhenti (waqf) di titik
yang tepat.
Selain itu, anda juga dapat mendengarkan qari lain yang
anda sukai. Untuk memudahkan dalam hafalan, usahakan mendengarkan bacaan
murattal, bukan mujawwad.
3.
Teknologi, sarana memaksimalkan cara
menghafal al-quran
Berada dalam perjalanan namun tidak membawa mushaf?
Pastikan anda sudah menginstall aplikasi Al-Quran di HP. Sehingga kemanapun
anda pergi, anda dapat selalu membaca ataupun mendengarkan al-Quran.
F. Waktu yang Terbaik untuk Menambah Hafalan dan Murajaah
Waktu terbaik untuk menambah hafalan adalah pada sepertiga
malam terakhir dan dilanjutkan setelah shubuh hingga terbitnya matahari.
Waktu terbaik untuk murajaah adalah pada saat
shalat sunnah serta setelah shalat fardhu.[4]
BAB III
PENUTUP
Menghafal Al-Qur‟an
merupakan usaha dengan sadar dan sungguh- sungguh yang dilakukan untuk
mengingat dan meresapkan bacaan kitab suci Al-Qur’an yang mengandung mukjizat ke dalam fikiran
agar selalu ingat, dengan menggunakan strategi atau metode tertentu. Metode
menghafal al-qur’an ini juga bisa disebut dengan metode
tahfidz al-qur’an. Metode
tahfidz al-qur’an adalah suatu cara untuk memelihara, menjaga,
dan melestarikan kemurnian AlQur’an yang diturunkan kepada Rasululloh SAW di
luar kepala agar tidak terjadi perubahan isi dan pemalsuan serta dapat menjaga
dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun sebagianya secara terus-menerus.
Dalam
menghafalkan Al-Qur’an seorang penghafal dituntut untuk memiliki niat yang
ikhlas, tekad yang kuat karena tugas tersebut sangat agung dan berat, mampu
mengelola waktu dengan baik, mampu menciptakan tempat yang nyaman, mampu
memotivasi diri, serta mampu melatih konsentrasi dengan baik agar dapat
memecahkan masalah.
Proses menghafal Al-Qur’an yang terbilang membutuhkan waktu yang relatif lama, maka dari itu
dibutuhkan kegigihan dan kesabaran yang ekstra. Proses yang terus menanjak dan
sangat melelahkan membuat individu harus merasakan kelelahan dan kesulitan.
Kepuasan dan kesuksesan untuk dapat menghafalkan hingga keseluruhan harus
dicapai dengan usaha yang berat, tak kenal lelah dan terus mendaki meskipun
terkadang merasa bahwa langkah demi langkah yang ditempuh terasa lambat. Namun,
menjadi pendaki harus bergerak maju kedepan dan keatas, terus maju sampai
puncak gunung. Oleh karena itu, seorang penghafal Al-Qur’an kemampuan dalam
mengingat juga harus mempunyai
tekad yang kuat, kesiapan lahir batin, usaha yang keras, serta pengaturan diri
yang ketat.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Taufiq. Cara
Menghafal Al-Qur’an : Metode 3 T + 1 M, Mudah dan Efektif (https://unida.gontor.ac.id/cara-menghafal-al-quran-metode-3t1m/ , diakses pada 11 Maret
2020. Pukul 07:30 ).
BAB
I. Pendahuluan. Latar Belakang Menghafal
al-qur’an . pdf
(http://eprints.ums.ac.id/56222/4/BAB%20I.pdf , diakses pada 3 Maret
2021. Pukul 22:43).
BAB
II. Kajian Pustaka.Metode Tahfidzh
Al-qur’an . pdf
(http://repo.iain-tulungagung.ac.id/14489/5/BAB%20II.pdf, diakses pada 11 Maret
2021. Pukul 10:41 ).
PONPES AL HASANAH
BENGKULU. 2020. Inilah Keutamaan Menjadi Hafidz/Hafidzah (https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/inilah-keutamaan-menjadi-hafidz-
/#:~: hafidzah
text=Dari%20Aisyah%20radhiyallahu%20'anha%2C%20Nabi,maka%20dia%20mendapat%20dua%20pahala.%E2%80%9D, diakses pada 11 Maret
2020. Pukul 07 : 03 ).
[1] BAB I.
Pendahuluan. Latar
Belakang Menghafal al-qur’an
. pdf (http://eprints.ums.ac.id/56222/4/BAB%20I.pdf
, diakses pada 3 Maret 2021. Pukul 22:43).
[2]BAB
II. Kajian Pustaka.Metode Tahfidzh
Al-qur’an . pdf (http://repo.iain-tulungagung.ac.id/14489/5/BAB%20II.pdf,
diakses pada 11 Maret 2021. Pukul 10:41 )
[3] PONPES AL HASANAH BENGKULU. 2020. Inilah Keutamaan Menjadi
Hafidz/Hafidzah (https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/inilah-keutamaan-menjadi-hafidz-
/#:~: hafidzah
text=Dari%20Aisyah%20radhiyallahu%20'anha%2C%20Nabi,maka%20dia%20mendapat%20dua%20pahala.%E2%80%9D,
diakses pada 11 Maret 2020. Pukul 07 : 03 )
[4] Affandi, Taufiq. Cara
Menghafal Al-Qur’an : Metode 3 T + 1 M, Mudah dan Efektif (https://unida.gontor.ac.id/cara-menghafal-al-quran-metode-3t1m/
, diakses pada 11 Maret 2021. Pukul 07:30 )
Sebagai nilai diskusi maka silahkan beri komentar (pertanyaan atau pertanyaan). Terlebih bagi pemakalah maka harus lebih aktif dari yang lain.
BalasHapusAssalu'alaikumwr.wb Saya Cahyati ijin mengajukan pertanyaan, untuk orang yang memiliki keterbatasan tunarungu dan buta metode menghafal Al-Qur'an apa yang sesuai?
BalasHapusAssalamu'alaikum wr.wb
BalasHapusSaya Diyah Ayu (2001001), mau ijin bertanya, bagaimana metode yang mudah mengajari anak untuk menghafal suratan/ ayat Al Qur'an? Tentunya dengan metode yang paling mudah dipahami si anak.
Wa'alaikumsalam wr.wb. saya akan berusaha menjawab pertanyaan dari mba cahyati. Menurut saya tuna rungu bisa menghafal al Qur'an dengan cara melihat & juga biasanya terdapat bahasa isyarat agar tuna rungu mudah menghafal al Qur'an.
BalasHapusSedangkan tuna netra bisa menggunakan alat Qur'an khusus untuk tuna netra & bisa menggunakan pendengarannya untuk menghafal al Qur'an.
ini ngga ada namanya ? soalnya munculnya unknown semua, jadi harap diberi nama dalam kurung di akhir tulisan
HapusWa'alaikumsalam wr wb.
BalasHapusMenurut saya akan berusaha menjawab pertanyaan mba Diyah.
Tentu saja dengan metode yang sesederhana mungkin.
Salah satu contohnya metode yang sudah saya sebutkan diatas yaitu Talqin atau Tasmi’
.
Talqin berarti seorang Ustadz membacakan al-Quran untuk kemudian diikuti oleh para muridnya.
Adapun tasmi’ berarti seorang murid membaca al-Quran untuk didengarkan oleh ustadz.
Dengan metode tersebut menurut saya anak akan lebih mudah dalam menghafal al-qur'an.
ini ngga ada namanya ? soalnya munculnya unknown semua, jadi harap diberi nama dalam kurung di akhir tulisan
HapusAssalamualaikum wr wb, menurut mba zulfa metode yang paling mudah digunakan untuk menghafal al quran itu yang mana?. Apa saja hambatan dalam menghafal al quran.
BalasHapusAssalamu'alaikum wr.wb
BalasHapusSaya Aprilia Agustin ingin bertanya, Menurut mba Lutfiah bagaimana bila ada orang yang baru masuk islam atau yang belum terlalu ahli dalam menghafal al-qur'an tapi dia itu misalnya sudah ingin mulai belajar juga menghafal al-Qur'an , Dan apakah metode seperti Tafahhum tepat bagi orang yg baru akan mempelajari Al-Qur'an atau menurut mba lutfiah Metode mana yg tepat?
Terimakasih
Wa'alaikumsalam wr wb. Saya akan berusaha menjawab pertanyaan mba Dewi.
BalasHapusMenurut saya metode yang paling mudah itu tergantung orangnya.
Karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Seperti ada yang lebih cepat menghafal al qur'an dengan mendengar seperti talqin. Dan ada juga yang lebih cepat menghafal al Qur'an dengan cara melihat al Qur'an secara langsung seperti metode tiqrar.
Hambatan dalam menghafal al Qur'an diantaranya adalah lingkungan yang tidak kondusif, maksiat, & makanan yang kita makan juga bisa berpengaruh dalam menghafal al Qur'an.

Wa'alaikumsalam wr wb.
BalasHapusMenurut saya akan berusaha menjawab pertanyaan mba Diyah.
Tentu saja dengan metode yang sesederhana mungkin.
Salah satu contohnya metode yang sudah saya sebutkan diatas yaitu Talqin atau Tasmi’
.
Talqin berarti seorang Ustadz membacakan al-Quran untuk kemudian diikuti oleh para muridnya.
Adapun tasmi’ berarti seorang murid membaca al-Quran untuk didengarkan oleh ustadz.
Dengan metode tersebut menurut saya anak akan lebih mudah dalam menghafal al-qur'an.
Wa'alaikumsalam wr wb.
BalasHapusSaya akan berusaha menjawab pertanyaan dari mba april.
Menurut saya alangkah lebih baiknya, seseorang yang baru masuk islam belajar dasar dari al Qur'an dulu seperti membaca & menulis al Qur'an serta tajwid nya. Setelah semuanya ter kuasai baru bisa memilih metode yang menurut orang yang baru masuk islam tersebut nyaman dalam menghafal al qur'an. Orang yang baru masuk islam tersebut bisa juga menggunakan metode tafahhum dalam menghafal al Qur'an dengan guru yang tepat jika sudah belajar membaca & menulis al Qur'an serta tajwid nya dengan baik.
Maaf pak, baru ngeh pertanyaan di ajukan di kolom komentar blog sini.
BalasHapusUntuk materi menghafal Al Quran sndiri, sya juga dpt materi tersebut, tp metode menghafal Al Qur'an d makalah sya lebih bnyk. Bagaimana cara yg baik untuk mengajarkan metode menghafal kepada anak, agar anak tertarik menghafal Al Quran? Meskipun sya sndiri bukan penghafal Al Qur'an. Terima Kasih