Rabu, 22 April 2020

Gangguan pada Anak Tunarungu (Pendengaran)

Pendengaran merupakan hal terpenting pada manusia untuk menerima ilmu maupun informasi
Kehilangan pendengaran adalah ancaman mulai dari kehidupan pribadinya serta kehidupan sosial dan komunikasi mereka sehari-hari.
Ketidak mampuan mendengar penuturan bahasa, music, dan bunyi-bunyian dalam sekeliling berkaitan dengan masalah psikologis sosial yang memberi pengaruh terhadap fungsi dan kualitas kehidupan sehari-hari (Lindblade dan McDonald 1995 ; Saunders 1994 ; Taylor 1993).
Penderitaan tunarungu yaitu mereka yang mengalami gangguan pada pendengarannya.
Anak-anak yang memiliki masalah pendengaran mempunyai tiga kecacatan yakni karena mereka tidak dapat mendengar, mereka menjadi tidak dapat bertutur kata dengan benar dan tidak dapat pula berpikir selayaknya anak-anak normal (Chua 1992).
Anak yang mengalami gangguan pendengaran mempunyai hambatan dalam perkembangan bahasa dan komunikasinya. Anak yang mempunyai hambatan tersebut dapat dilihat melalui cirri-ciri sebagai berikut:
  • Kurang memperhatikan saat guru memberikan pelajaran dikelas.
  • Selalu memiringkan kepalanya, sebagai upaya untuk berganti posisi telingi terhadap sumber bunyi, seringkali ia meminta pengulangan penjelasan guru saat dikelas.
  • Mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan.
  • Keengganan untuk berpartisipasi secara oral dan dimungkinkan karena hambatan pendengarannya.
  • Adanya ketergantungan terhadap petunjuk atau instruksi saat dikelas.
  • Mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara.
  • Perkembangan intelektual peserta didik tunarungu wicara terganggu.
  • Mempunyai kemampuan akademik yang rendah, khasusnya dalam membaca.
  • (Hallahan & Kauffman, 1991 : 232-274 ; Gearheart & Weishan, 1976 : 33-45, Kirk & Gallagher, 1989 : 300-305)
Penyebab ganguan pendengaran ini dibedakan menjadi tiga yaitu:
  • Tuli Konduktif (tuli hantaran)
  • Tuli Sensorineural (tuli saraf)
  • Tuli Campuran (mix deafness)
Tuli Konduktif (tuli hantaran)
Tuli konduktif terjadi akibat tidak berfungsinya telinga bagian luar dan tengah.
Tuli sensorineuran (tuli saraf)
Tuli sensorineural ini diakibatkan karena kelainan maupun kerusakan yang ada pada telinga bagian rumah siput (koklea), saraf pendengaran, dan batang otak.
Tuli Campuran
Tuli campuran ini terjadi atau diakibatkan karena tuli konduktif dan tuli sensorineural terjadi gangguan pendengaran secara bersamaan.
Tuna rungu atau yang disebut gangguan pendengaran dapat diukur dengan alat bantu yang disebut dengan audiometer. Audiometer ini mengukur gangguan pendengaran dengan ukuran dB atau yang disebut dengan decibel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar