Islam Tanpa Kekerasan
Tak seorang pun
menginginkan terjadinya tindak kekerasan, apalagi kita sebagai kaum Muslimin
yang sepatutnya menyelesaikan masalah secara edukatif. Tetapi masih sering kita
jumpai perilaku kekerasan seperti pemukulan oleh guru kepada anak
didiknya, dan tidak hanya guru yang melakukan tindak kekerasan, tetapi
akhir-akhir ini para pelajar dan mahasiswa juga kian banyak yang tertangkap
aparat karena terlibat narkoba, pencurian dan kriminal lainnya, peristiwa
tawuran antar pelajar kerap terjadi, aksi demontrasi marak terjadi yang
kadang kala disertai dengan tindak kekerasan.
Apapun bentuknya,
kekerasan dalam pendidikan harus dicegah, apalagi dalam pendidikan Islam.
Sebagaimana kekerasan bisa timbul karena ada ada kondisi yang mempengaruhi,
maka untuk menghentikan kekerasan pun dengan cara meminimalisir akar persoalan
pemicunya. Untuk mencegah kekerasan tersebut, norma agama, budaya dan
nilai-nilai kemanusiaan perlu ditanamkan dalam diri seseorang melalui
pendidikan nilai yang humanis.
Norma agama Islam amat
berarti dalam memberikan kesadaran pemeluknya akan pentingnya perilaku kasih
sayang, pemaaf, saling menolong, mengutamakan perdamaian bukan kekerasan,
menghormati hak orang lain, tidak mencela atau menghina, atau bahkan saling
membunuh. Disamping itu, budaya nasional, seperti toleransi, dan musyawarah
juga perlu ditanamkan dalam pendidikan nilai di lingkungan sekolah.
Akan tetapi penerapan
pendidikan agama Islam dan budaya nasional banyak menemui kendala, dikarenakan
banyak faktor yang mempengaruhi, baik dari faktor internal maupun eksternal,
yang pada akhirnya kurang efektifnya pendidikan, khususnya pendidikan agama
Islam dalam membendung maraknya kekerasan.
Sejauh ini potret
pendidikan kita banyak dijumpai kesenjangan (discrepancy, gap) yang cukup lebar
antara upaya pemerintah dalam memajukan pendidikan (idealitas) dengan kondisi
riil dilapangan (realitas). Dikarenakan tidak semua kebijakan dapat
dilaksanakan secara merata dan dengan kapasitas yang sama oleh tiap satuan
pendidikan atau pihak sekolah. Terlebih bila sekolah tersebut berada di daerah
terpencil apalagi di daerah konflik/kerusuhan.
Betapapun dijumpai
kesenjangan tersebut, perlu pula dilihat upaya yang telah dilakukan pemerintah
dalam memebenahi kondisi pendidikan nasional, dengan mengucurkan dana yang
cukup besar untuk pembangunan sektor pendidikan.[1]
Tampak dalam kehidupan
social dan budaya masyarakat,di mana perilaku pendidikan ada didalamnya.
Masalah narkoba, tayangan kekerasan di TV dan media massa, pornografi dan
pornoaksi, miras, pergaulan bebas, serta tindak kriminal merupakan
masalah-masalah sosio-kultural yang bisa melibatkan pelaku yang terkait simbol
pendidikan.
Perkembangan teknologi
informasi dan elektronika telah merubah pola komunikasi dan interaksi sosial.
Hadirnya teknologi menjadikan proses pendidikan jauh lebih menyenangkan. Namun
bila diukur dari kacamata agama, moral atau budaya, cenderung merusak.
Faktor sosial-budaya
lainnya adalah masalah pergaulan. Pergaulan bebas merupakan masalah sosial yang
tentu akan merambah dunia pendidikan pula, terutama bagi pelajar atau
mahasiswa. Jika seseorang menjadi preman, hal itu tentu bukan karena turunan
orang tua, melainkan karena hasil dari pergaulan.
Pengaruh globalisasi
dan modernisasi, merupakan sebuah babakan baru dalam proses perkembangan
bangsa. Pertanyaannya kemudian , sejauh mana kesiapan bangsa ini dalam memasuki
era baru itu. Apakah secara psikologis anak-anak bangsa ini telah benar-benar
dipersiapkan untuk menyongsong datangnya zaman industrialisasi dan revolusiinformasi
dengan segala konsekuensinya.[2]
Konsep Pendidikan Agama Islam Tanpa
Kekerasan
Materi dalam kajian pendidikan Islam
tidak hanya mencakup ilmu-ilmu yang bersumber dari Qur’an dan Hadist semata,
melainkan bersumber dari hasil ijtihad atau rasional thinking manusia untuk
menghasilkan ilmu-ilmu rasional, dan pengetahuan yang diperoleh (acquired
knowledge). Islam sangat menghargai pemanfaatan akal secara optimal, jika
ajaran-ajarannya dipilah menjadi dua, yaitu ajaran yang absolute dan ajaran
yang relatif.[3]
Dalam pengembangan materi pendidikan
Islam menggunakan cara memodernisir pemahaman terhadap religious science
melalui mengilmiahkan pemahaman terhadap ajaran islam, sembari melakukan
islamisasi pengetahuan modern. Dan cara ini dapat dicapai perpaduan harmonis
antara yang klasik dengan modern.
Metode Pendidikan Islam
Proses pendidikan harus
disampaikan dengan mencontoh perilaku dan tata cara para Nabi, khususnya Nabi
Muhammad SAW ketika mendidik umatnya , ini berlaku pada semua jenjang pendidikan
dan pada kelompok ilmu manapun,baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu modern.
Berkenaan dengan hal
tersebut , berikut ini disarikan model metode pembelajaran yang disampaikan
oleh al-Qur’an dan Hadis:
a. Metode Amaliyah atau Praktik
Ajaran Islam tidak cukup diberikan dengan nasihat, melainkan memerlukan
amal nyata sehigga esensi ajaran islam tidak dipahami sekedar sebagai simbol,
namun terbentuk dalam pribadi manusia secara totalitas. Tentunya perlu
melakukan latihan dan praktik secara kontinyu sehingga esensi ajaran Islam
tersebut dapat terinternalisasi secara utuh dalam kehidupannya.
b. Metode Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Islam memandang
perlunya seorang muslim bersikap konsisten dalam menyerukan kebaikan dan
mencegah kejahatan demi tercapainya perdamaian. Dalam QS. Al-dzariyat (51):55,
Allah berfirman: “ Dan tetaplah memberi peringatan, karenakarena
sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”.
Operasionalisasi amar ma’ruf nahi munkar dapat mewujudkan baldatun toyyibah
wa rabbun ghafur.
c. Metode Nasihat
Sesungguhnya al-Qur’an
datang dengan membawa nasihat dan pelajaran yang jelas bagi manusia, bahkan
dapat dikatakan seluruh isi al-Qur’an adalah nasihat dan pelajaran. Dikisahkan
pula bahwa Lukman al-Hakim mendidik putranya dengan jalan member nasihat agar
tidak menyekutukan Allah.
d. Metode Kisah
Dalam kisah sering
terdapat perumpamaan (amtsal) atau ibarat, karena itu metode ini bisa disebut
dengan metode amstal atau ibrah. Al-Qur’an memuat kisah nabi dan umat terdahulu,
dan ini sebagai pelajaran bagi umat selanjutnya. Kisah-kisah tersebut terbukti
dapat membekas pada diri seseorang, sebab didalamnya dapat dibangkitkan
perasaan untuk meneladani tokoh dan pahlawan tertentu yang dikisahkan.
e. Metode Uswatun Hasanah
Diantara faktor-faktor
yang berpengaruh bagi pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari adalah
keteladanan, Dengan keteladanan baik dari orang tua, guru, masyarakat, tokoh
maupun jagoan fiktif yang diidolakan, dapat mendorong seseorang menjadi manusia
manusia yang saleh atau jahat. Teladan yang utama bagi seorang muslim adalah
Nabi SAW. Dalam surat Al-Ahzab(33):21. Allah berfirman: “ Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasululah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)
orang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”.[4]
f. Metode Hiwar (metode Tanya jawab, dialog, diskusi, debat dan sejenisnya)
Metode ini menumbuhkan
sifat kritis dan saling pengertian. Penumbuhan sifat saling mengerti di
masyarakat, merupakan masalah yang mendasar, sebab dengan saling pengertian.
Meskipun beda pendapat, dapat menjadikan orang dengan budaya, bahasa,agama, ras
dan status sosial yang berbeda, dapat duduk berdampingan satu sama lain.
g. Metode Reward dan Punishment
Metode harapan dan ancaman atau tarhib wa targhib menjadi salah satu
fungsi keduanya bagi manusia adalah sebagai kabar gembira dan ancaman. Dalam
pendidikan Islam hakikat ancaman dan hukuman bukan kekerasan, melainkan
pencegahan dan pembinaan perilaku negatif agar berubah menjadi positif.[5]
Fakta dalam dunia pendidikan sudah pasti terjadi
penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh siswa atau anak didik,
menurut al-Ghazali, ketika guru mencegah anak berbuat buruk, lebih baik
menggunakan cara-cara yang membiarkan mereka seolah-olah tidak diperhatikan,
bukan dengan cara langsung menegurnya dengan keras atau kasar. Bahkan mereka
diperlakukan dengan kasih sayang, karena dengan demikian, anak tidak akan
berprilaku buruk.[6]
Meskipun hukuman dengan pukulan dalam Islam diperbolehkan, namun Islam
memberi batasan dan persyaratan sehingga tidak keluar dari maksud pendidikan,
yaitu untuk memperbaiki dan menjerakan.[7]
Demikianlah konsep
pendidikan islam tanpa kekerasan. Walau bagaimanapun kekerasan tidak bisa, dan
masalah tidak akan pernah bisa dihilangkan dengan kekerasan, kejahatan harus
dilawan dengan kebaikan. Kekerasan terjadi dimana-mana, baik yang dilakukan
oleh anak-anak maupun orang dewasa, tak terkecuali dalam dunia pendidikan.
Pendidikan sangatlah
penting, terutama pendidikan Islam. Peran dari pendidikan itu sendiri adalah
untuk menjadikan seseorang menjadi lebih baik dalam bidang keilmuan maupun
akhlak. Tindakan kekerasan memang tidak dapat dihilangkan seratus persen, akan
tetapi pendidikan Islam tanpa kekerasan memberikan konsep dan solusi untuk
meminimalisir tindakan kekerasan.
Sebagai seorang muslim
tentu sudah sepatutnya kita memahami dan mengamalkan isi dari al-Qur’an dan
Hadis, dan senantiasa berusaha sekuat tenaga mengikuti tingkah laku Nabi
Muhammad SAW.
Daftar Pustaka
Assegaf, Abdurrahman.
2004. Pendidikan Tanpa Kekerasan. Tiara Wacana: Yogyakarta.
Mahfud, Choirul. 2006. Pendidikan
Multikultikultural. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Abdurrahman,
dkk. 2001. Paradigma pendidikan Islam. Pustaka pelajar: Yogyakarta.
Zainal Mujtahidin, dkk. 1994. Materi Dakwah Praktis. Diyani:
Semarang.
Aljubulati Ali dkk. 2002. Perbandingan Pendidikan Islam. Rineka
Cipta: Jakarta.
Arif Armai. 2002. Pengantar
Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Ciputat Pres: Jakarta.
Top 100 youtube channel for videos (videos) - Videoodl.cc
BalasHapusVideos from the Top 100 YouTube Channel: Videos. YouTube kadangpintar channel by Videos. The 1xbet korean Latest Tweets (4-4-7-21-17-24) in: videodl