Sabtu, 05 Maret 2016

Islam Tanpa Kekerasan

Islam Tanpa Kekerasan
Tak seorang pun menginginkan terjadinya tindak kekerasan, apalagi kita sebagai kaum Muslimin yang sepatutnya menyelesaikan masalah secara edukatif. Tetapi masih sering kita jumpai perilaku kekerasan seperti pemukulan oleh  guru kepada anak didiknya, dan tidak hanya guru yang melakukan tindak kekerasan, tetapi akhir-akhir ini para pelajar dan mahasiswa juga kian banyak yang tertangkap aparat karena terlibat narkoba, pencurian dan kriminal lainnya, peristiwa tawuran antar pelajar kerap terjadi, aksi demontrasi  marak terjadi yang kadang kala disertai dengan tindak kekerasan.
Apapun bentuknya, kekerasan dalam pendidikan harus dicegah, apalagi dalam pendidikan Islam. Sebagaimana kekerasan bisa timbul karena ada ada kondisi yang mempengaruhi, maka untuk menghentikan kekerasan pun dengan cara meminimalisir akar persoalan pemicunya. Untuk mencegah kekerasan tersebut, norma agama, budaya dan nilai-nilai kemanusiaan perlu ditanamkan dalam diri seseorang melalui pendidikan nilai yang humanis.
Norma agama Islam amat berarti dalam memberikan kesadaran pemeluknya akan pentingnya perilaku kasih sayang, pemaaf, saling menolong, mengutamakan perdamaian bukan kekerasan, menghormati hak orang lain, tidak mencela atau menghina, atau bahkan saling membunuh. Disamping itu, budaya nasional, seperti toleransi, dan musyawarah juga perlu ditanamkan dalam pendidikan nilai di lingkungan sekolah.
Akan tetapi penerapan pendidikan agama Islam dan budaya nasional banyak menemui kendala, dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi, baik dari faktor internal maupun eksternal, yang pada akhirnya kurang efektifnya pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam dalam membendung maraknya kekerasan.
Sejauh ini potret pendidikan kita banyak dijumpai kesenjangan (discrepancy, gap) yang cukup lebar antara upaya pemerintah dalam memajukan pendidikan (idealitas) dengan kondisi riil dilapangan (realitas). Dikarenakan tidak semua kebijakan dapat dilaksanakan secara merata dan dengan kapasitas yang sama oleh tiap satuan pendidikan atau pihak sekolah. Terlebih bila sekolah tersebut berada di daerah terpencil apalagi di daerah konflik/kerusuhan.
Betapapun dijumpai kesenjangan tersebut, perlu pula dilihat upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam memebenahi kondisi pendidikan nasional, dengan mengucurkan dana yang cukup besar untuk pembangunan sektor pendidikan.[1]
Tampak dalam kehidupan social dan budaya masyarakat,di mana perilaku pendidikan ada didalamnya. Masalah narkoba, tayangan kekerasan di TV dan media massa, pornografi dan pornoaksi, miras, pergaulan bebas, serta tindak kriminal merupakan masalah-masalah sosio-kultural yang bisa melibatkan pelaku yang terkait simbol pendidikan.
Perkembangan teknologi informasi dan elektronika telah merubah pola komunikasi dan interaksi sosial. Hadirnya teknologi menjadikan proses pendidikan jauh lebih menyenangkan. Namun bila diukur dari kacamata agama, moral atau budaya, cenderung merusak.
Faktor sosial-budaya lainnya adalah masalah pergaulan. Pergaulan bebas merupakan masalah sosial yang tentu akan merambah dunia pendidikan pula, terutama bagi pelajar atau mahasiswa. Jika seseorang menjadi preman, hal itu tentu bukan karena turunan orang tua, melainkan karena hasil dari pergaulan.
Pengaruh globalisasi dan modernisasi, merupakan sebuah babakan baru dalam proses perkembangan bangsa. Pertanyaannya kemudian , sejauh mana kesiapan bangsa ini dalam memasuki era baru itu. Apakah secara psikologis anak-anak bangsa ini telah benar-benar dipersiapkan untuk menyongsong datangnya zaman industrialisasi dan revolusiinformasi dengan segala konsekuensinya.[2]
Konsep Pendidikan Agama Islam Tanpa Kekerasan
Materi dalam kajian pendidikan Islam tidak hanya mencakup ilmu-ilmu yang bersumber dari Qur’an dan Hadist semata, melainkan bersumber dari hasil ijtihad atau rasional thinking manusia untuk menghasilkan ilmu-ilmu  rasional, dan pengetahuan yang diperoleh (acquired knowledge). Islam sangat menghargai pemanfaatan akal secara optimal, jika ajaran-ajarannya dipilah menjadi dua, yaitu ajaran yang absolute dan ajaran yang relatif.[3]
Dalam pengembangan materi pendidikan Islam menggunakan cara memodernisir pemahaman terhadap religious science melalui mengilmiahkan pemahaman terhadap ajaran islam, sembari melakukan islamisasi pengetahuan modern. Dan cara ini dapat dicapai perpaduan harmonis antara yang klasik dengan modern.
Metode Pendidikan Islam
Proses pendidikan harus disampaikan dengan mencontoh perilaku dan tata cara para Nabi, khususnya Nabi Muhammad SAW ketika mendidik umatnya , ini berlaku pada semua jenjang pendidikan dan pada kelompok ilmu manapun,baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu modern.
Berkenaan dengan hal tersebut , berikut ini disarikan model metode pembelajaran yang disampaikan oleh al-Qur’an dan Hadis:
a.       Metode Amaliyah atau Praktik
Ajaran Islam tidak cukup diberikan dengan nasihat, melainkan memerlukan amal nyata sehigga esensi ajaran islam tidak dipahami sekedar sebagai simbol, namun terbentuk dalam pribadi manusia secara totalitas. Tentunya  perlu melakukan latihan dan praktik secara kontinyu sehingga esensi ajaran Islam tersebut dapat terinternalisasi secara utuh dalam kehidupannya.
b.      Metode Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Islam memandang perlunya seorang muslim bersikap konsisten dalam menyerukan kebaikan dan mencegah kejahatan demi tercapainya perdamaian. Dalam QS. Al-dzariyat (51):55, Allah berfirman: “ Dan tetaplah memberi peringatan, karenakarena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”. Operasionalisasi amar ma’ruf nahi munkar dapat mewujudkan baldatun toyyibah wa rabbun ghafur.
c.       Metode Nasihat
Sesungguhnya al-Qur’an datang dengan membawa nasihat dan pelajaran yang jelas bagi manusia, bahkan dapat dikatakan seluruh isi al-Qur’an adalah nasihat dan pelajaran. Dikisahkan pula bahwa Lukman al-Hakim mendidik putranya dengan jalan member nasihat agar tidak menyekutukan Allah.
d.      Metode Kisah
Dalam kisah sering terdapat perumpamaan (amtsal) atau ibarat, karena itu metode ini bisa disebut dengan metode amstal atau ibrah. Al-Qur’an memuat kisah nabi dan umat terdahulu, dan ini sebagai pelajaran bagi umat selanjutnya. Kisah-kisah tersebut terbukti dapat membekas pada diri seseorang, sebab didalamnya dapat dibangkitkan perasaan untuk meneladani tokoh dan pahlawan tertentu yang dikisahkan.
e.       Metode Uswatun Hasanah
Diantara faktor-faktor yang berpengaruh bagi pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari adalah keteladanan, Dengan keteladanan baik dari orang tua, guru, masyarakat, tokoh maupun jagoan fiktif yang diidolakan, dapat mendorong seseorang menjadi manusia manusia yang saleh atau jahat. Teladan yang utama bagi seorang muslim adalah Nabi SAW. Dalam surat Al-Ahzab(33):21. Allah berfirman: “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasululah  itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) orang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.[4]
f.       Metode Hiwar (metode Tanya jawab, dialog, diskusi, debat dan sejenisnya)
Metode ini menumbuhkan sifat kritis dan saling pengertian. Penumbuhan sifat saling mengerti di masyarakat, merupakan masalah yang mendasar, sebab dengan saling pengertian. Meskipun beda pendapat, dapat menjadikan orang dengan budaya, bahasa,agama, ras dan status sosial yang berbeda, dapat duduk berdampingan satu sama lain.
g.      Metode Reward dan Punishment
Metode harapan dan ancaman atau tarhib wa targhib menjadi salah satu fungsi keduanya bagi manusia adalah sebagai kabar gembira dan ancaman. Dalam pendidikan Islam hakikat ancaman dan hukuman bukan kekerasan, melainkan pencegahan dan pembinaan perilaku negatif agar berubah menjadi positif.[5]
Fakta dalam dunia pendidikan sudah pasti terjadi penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh siswa atau anak didik,  menurut al-Ghazali, ketika guru mencegah anak berbuat buruk, lebih baik menggunakan cara-cara yang membiarkan mereka seolah-olah tidak diperhatikan, bukan dengan cara langsung menegurnya dengan keras atau kasar. Bahkan mereka diperlakukan dengan kasih sayang, karena dengan demikian, anak tidak akan berprilaku buruk.[6]
Meskipun hukuman dengan pukulan dalam Islam diperbolehkan, namun Islam memberi batasan dan persyaratan sehingga tidak keluar dari maksud pendidikan, yaitu untuk memperbaiki dan menjerakan.[7]
Demikianlah konsep pendidikan islam tanpa kekerasan. Walau bagaimanapun kekerasan tidak bisa, dan masalah tidak akan pernah bisa dihilangkan dengan kekerasan, kejahatan harus dilawan dengan kebaikan. Kekerasan terjadi dimana-mana, baik yang dilakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa, tak terkecuali dalam dunia pendidikan.
Pendidikan sangatlah penting, terutama pendidikan Islam. Peran dari pendidikan itu sendiri adalah untuk menjadikan seseorang menjadi lebih baik dalam bidang keilmuan maupun akhlak. Tindakan kekerasan memang tidak dapat dihilangkan seratus persen, akan tetapi pendidikan Islam tanpa kekerasan memberikan konsep dan solusi untuk meminimalisir tindakan kekerasan.
Sebagai seorang muslim tentu sudah sepatutnya kita memahami dan mengamalkan isi dari al-Qur’an dan Hadis, dan senantiasa berusaha sekuat tenaga mengikuti tingkah laku Nabi Muhammad SAW.








Daftar Pustaka
Assegaf, Abdurrahman. 2004. Pendidikan Tanpa Kekerasan. Tiara Wacana: Yogyakarta.
Mahfud, Choirul. 2006. Pendidikan Multikultikultural. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Abdurrahman, dkk. 2001. Paradigma pendidikan Islam. Pustaka pelajar: Yogyakarta.
Zainal Mujtahidin, dkk. 1994. Materi Dakwah Praktis. Diyani: Semarang.
Aljubulati Ali dkk. 2002. Perbandingan Pendidikan Islam. Rineka Cipta: Jakarta.
Arif Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Ciputat Pres:  Jakarta.



[1] Abdurrahman Assegaf,  Pendidikan Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2004),  hal. 14
[2] Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006),  Hal. 108
[3] Abdurrohman, dkk. Paradigma Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Hal. 331
[4] Mujtahidin Zainal dkk, Materi Dakwah Praktis, (Semarang: Diyani, 1994), hal. 110
[5] Abdurrahman Assegaf,  Pendidikan Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2004),  hal. 171-181
[6] Ali Aljunbulati dan Abdul futh at-Tuwanisi, Perbandingan pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Hal. 145
[7] Armai Arif,  Pengantar Ilmu dan Metodologi pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), Hal. 134

1 komentar:

  1. Top 100 youtube channel for videos (videos) - Videoodl.cc
    Videos from the Top 100 YouTube Channel: Videos. YouTube kadangpintar channel by Videos. The 1xbet korean Latest Tweets (4-4-7-21-17-24) in: videodl

    BalasHapus