REFLEKSI TERHADAP IMPLEMENTASI
TINDAKAN
DALAM PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disusun
dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata
Kuliah : Penelitian Tindakan Kelas
Dosen
Pengampu : Arief Efendi, M. Pd.
Disusun
Oleh :
1. Ahmad
Arifin Zain 1123305014
2. Umi
Khasanah 1123305018
3. Sahid
Riza 1123305021
4. Dara
Unika An’asyiki 1123305025
5. Khusnul
Umami 1123305027
Tarbiyah/6
PGMI-A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
A. Pendahuluan
Upaya perbaikan pembelajaran, yang
mencakup perbaikan proses beserta dampaknya, dilakukan dengan cara reflektif
dan kolaboratif. Perbaikan praktis dilakukan melalui pengaplikasian tindakan
disertai proses investigasi yang berulang, sampai pembelajaran ini benar benar
membaik. Dalam upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran ini, seorang peneliti
tidak dapat atau sulit melakukannya sendiri, akan lebih baik jika berkolaborasi
dengan guru. Kolaborasi ini dapat dilakukan dalam keseluruhan proses sejak
perencanaan, pelaksanaan PTK, observasi-evaluasi, dan refleksi, dari siklus ke
siklus sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian yang bernilai karya.
PTK memiliki ciri khusus lainnya, ialah sikap reflektif yang berkelanjutan. PTK
lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian
secara terus menerus.
Hal ini perlu untuk mendapatkan
penjelasan tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurang-efektifan, dan
sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaatkan guna
memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan lainnya. Pengungkapan
kebenaran dilakukan secara cermat dan objektif sehingga kebenaran ilmiahnya
dapat dipertanggung jawabkan. Kepraktisan PTK tetap bonafide, karena proses
penelitian dilakukan melalui perencanaan kolaboratif, observasi,
analisis-evaluatif, dan refleksi yang sistematik dan mendalam.
B. Pengertian
Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari
kata bahasa Inggris reflection, yang
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yaitu pemantulan.[1]
Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi
dan/atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil
dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu
digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut, upaya mencapai tujuan PTK.
Dengan kata
lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam
pencapaian tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka
pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya.[2]
Refleksi merupakan kegiatan mengkaji:
·
Apa yang telah dan belum terjadi
·
Mengapa hal tersebut terjadi
·
Apa yang perlu dilakukan selanjutnya.[3]
Refleksi dalam pengertian deskriptif,
Anda meninjau ulang dan mengembangkan gambaran tentang :
- Proses
pembelajaran di kelas.
- Kendala
yang dihadapi dalam melakukan tindakan kelas.
- Apa
yang sekarang dilakukan untuk para siswa agar mencapai tujuan perbaikan
pembelajaran.[4]
Maka, yang dimaksud dengan refleksi
adalah mengulas data secara kritis, terutama yang berkaitan dengan perubahan
yang terjadi pada tindakan kelas, baik pada diri siswa, suasana kelas, maupun
pada diri guru.
C. Tujuan
Refleksi dalam PTK
Tujuannya
adalah untuk melakukan adaptasi terhadap strategi atau pendekatan atau metode
atau model pembelajaran yang telah diterapkan, lebih memantapkan perencanaan,
dan langkah-langkah tindakan yang lebih spesifik dalam rangka pelaksanaan
tindakan selanjutnya.[5]
Selain itu refleksi juga berguna untuk guru supaya dapat mengetahui berhasil
atau tidaknya rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Dengan demikian guru peserta dapat menentukan tindak lanjut apa yang
harus dilakukan jika ternyata perbaikan pembelajaran yang dilakukan belum
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, para guru atau
peneliti harus mempunyai pemahaman dan keterampilan yang memadai dalam
merefleksi serta memilih tindak lanjut yang tepat.
D. Refleksi
Terhadap Tindakan Kelas
Tahapan ini merupakan tahapan untuk
memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat
kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis dan disintesis. Dalam
proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai
kolaborator, seperti halnya pada saat observasi. Keterlibatan kolaborator
sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat lebih tajam melakukan refleksi dan
evaluasi.
Dalam proses refleksi ini segala
pengalaman, pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan
dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan
dan perbandingan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan
shahih.
Proses refleksi ini memegang peran yang
sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi
yang tajam dan terpercaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan
akurat bagi penentuanlangkah tindakan selanjutnya.
Refleksi yang tidak tajam akan
memberikan umpan balik yang misleading dan
bias, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu PTK. Tentu saja kadar
ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh ketajaman dan keragaman instrumen
observasi yang dipakai sebagai upaya triangulasi data. Observasi yang hanya
menggunakan satu instrumen saja akan menghasilkan data yang miskin.
Adapun untuk memudahkan dalam refleksi
bisa juga dimunculkan kelebihan dan kekurangan setiap tindakan ini dijadikan
dasar perencanaan siklus selanjutnya. Pelaksanaan refleksi diusahakan tidak
boleh lebih dari 24 jam, artinya begitu selesai observasi langsung diadakan
refleksi bersama kolaborator.
Seperti yang telah dikemukakan pada bagian
terdahulu, bahwa penelitian tindakan kelas berjalan melalui siklus-siklus dalam
sebuah spiral, dimana setiap siklus terdiri dari 4 tahapan kegiatan yang terus
berulang dan meningkat. Yakni sebagai berikut:
- Membuat
perencanaan tindakan.
- Implementasi
atau pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan.
- Melakukan
observasi atau pengamatan atas tindakan perbaikan yang dilakukan.
- Melakukan
refleksi.[6]
Kegiatan refleksi ini sangat tepat
dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan
dengan peneliti untuk mendikusikan implementasi rancangan tindakan. Istilah
refleksi disini sama dengan memantul, seperti halnya memancar dan menatap kena
kaca. Dalam hal ini, guru pelaksana sedang memantulkan pengalamannya pada
peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan.
Inilah inti dari penelitian tindakan,
yaitu ketika guru pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti tentang
hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum. Dengan
kata lain, guru pelaksana sedang melakukan evaluasi diri. Apabila guru
pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, yaitu mengamati apa yang ia lakukan,
maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut
melihatdirinya kembali melakukan dialog untuk melakukan hal-hal yang sudah
dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat
mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Jika penelitian tindakan dilakukan
melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan
rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan
kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan
lain. Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya rinci sehingga siapa pun
yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan.
Lewat refleksi, Anda dapat mengingat dan
merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam
observasi. Lewat refleksi, Anda berusaha:
- Memahami
proses, masalah, persoalan, dan kendala-kendala yang nyata dalam tindakan
strategis, dengan mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam
situasi pembelajaran kelas.
- Memahami
persoalan pembelajaran dan keadaan kelas dimana pembelajaran dilaksanakan.
Dalam melakukan refleksi, Anda sebaiknya
juga berdiskusi dengan teman sejawat, untuk menghasilkan rekonstruksi makna
situasi pembelajaran kelas yang telah anda lakukan dan memberikan dasar
perbaikan rencana siklus berikutnya.
Refleksi memiliki aspek evaluatif. Oleh
karena itu, dalam melakukan refleksi, Anda hendaknya menimbang-nimbang
pengalaman menyelenggarakan pembelajaran dikelas, apakah pengaruh (persoalan
yang timbul) memang diinginkan, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara
untuk meneruskan pekerjaan.
Tahapan
ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan,
berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan berikutnya.
Jika
terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang
melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan
ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi.[7]
Sebagai
bahan banding, perhatikan analisis data dan refleksi hasil tindakan kelas
berikut ini.
v Analisis Data
Bagian
ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya.
Pembahasan difokuskan pada peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan
dengan menggunakan media komik. Pada tahap pra tindakan hasil menulis karangan
yang diperoleh siswa rata-rata kemampuan siswa 33,7%, atau dapat dikatakan
kurang dari standar perolehan skor minimal 60%. Kebanyakan siswa hanya mampu
melaksanakan 3 indikator pada semua aspek penilaiannya.
Dari
27 siswa subjek penelitian, 6 siswa (22,2%) memperoleh skor 2; 17 siswa (62,9%)
memperoleh skor 3; 1 siswa (3,7%) memperoleh skor 4; 3 siswa (11,1%) memperoleh
skor 5. Serta tidak ada satu siswa pun (0%) yang memperoleh skor minimal 6.
v Tindakan I
Pada
tindakan I, metode yang digunakan adalah gambar seri sederhana hanya dengan 2
gambar (meskipun hanya gambar seri dengan 2 gambar, tetapi media tersebut sudah
merupakan komik). Pada tindakan 1 kemampuan siswa lebih meningkat daripada tes
pra tindakan, yaitu sebesar 44,1%. Dari 27 siswa 14,8% siswa yang memperoleh skor
minimal 5, dan masih 0% siswa yang memperoleh skor minimal 6 sehingga tindakan
I perlu diperbaiki masih pada aspek keutuhan, kepaduan, dan pengguna ejaan
serta tanda baca.
v Tindakan II
Pada
tes tindakan II. Media pembelajaran diganti dengan menggunakan gambar komik
sederhana, gambar pada tindakan I dicertitakan kembali pada gambar tindakn II
dengan lebih mendetail. Hasil tindakan II adalah 74% dari keseluruhan siswa
memperoleh skor minimal 6. Tindakan II sebenarnya sudah dapat dinyatakan
berhasil. Akan tetapi, permasalahannya siswa masih kurang mampu menggunakan
ejaan dan tanda baca sehingga perlu dilanjutkan dengan tindakan III untuk
memperbaiki tindakan II.
v Tindakan III
Pada
tindakan III media yang digunakan adalah media komik dengan narasi untuk
membantu siswa menggunakan ejaan dan tandabaca. Hasil yang diperoleh pada
tindakan III adalah 100% siswa memperoleh skor minimal 6.
1. Dengan
memanfaatkan media gambar seri sederhana pada siklus I ternyata dapat
meningkatkan prestsi siswa dalam mengarang atau membuat paragrf Bahasa Indonesia.
2. Dengan
memanfaatkan media komik sederhana pada sikus II, ternyata lebih meningkatkan
prestasi belajar siswa, hal ini terbukti dari hasil mengarang siswa yang lebih
terarah.
3. Dengan
memanfaatkan media komik dengan narasi pada sikus III, ternyata lebih
meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa berdasarkan aspek keutuhan,
kepaduan, serta penggunaan bahasa, ejaan, dan tanda baca.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pemanfaatan media komik dalam kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia dapat meningkatkan antusias dan kemampuan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, terutama pembelajaran menulis karangan.
v Refleksi
Tindakan I
Tindakan I dianggap belum berhasil, karena siswa
belum mencapai standar kompetensi yang disyaratkan, yaitu dari keseluruhan
siswa, 60% sebaiknya memperoleh skor minimal 6. Oleh karena itu, setelah
tindakan berakhir, peneliti dan guru selaku praktisi menganalisis proses dan
hasil tindaan I. Masalah-masalah yang ditemukan kemudian dijadikan landaan
untuk merencanakan tindakan selanjutnya sebagai langkah perbaikan dari tindakan
I ini.
Pada identifikasi masalah I, ditemukan masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Siswa
masih kesulitan menceritkan gambar secara urut
2. Penggunaan
kata sambung kurang bervariatif dan digunakan secara berulang-ulang.
3. Ada
karangan siswa yang belum tepat pada gambar yang ditunjukan guru.
4. Siswa
kurang bisa menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat dalam karangan,
misalnya siswa kurang bisa menggunakan huruf kapital secara tepat dalam
karangan.
Faktor yang diduga menjadi timbulnya masalah-masalah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gambar
yng diberikan sebagai media kurang menarik perhatian siswa, apalagi gambarnya
terlalu sulit.
2. Siswa
tidak terbiasa menulis dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.
3. Siswa
kurang bisa menggunakan kata penghubung antar kalimat.
Tindakan II
Dilihat dari pencapaian skor setelah tindakan II
berakhir. Siswa sudah mencapai hasil yang memuaskan. Akan tetapi, terdapat
masalah mendasar yang perlu segera diselesaikan dari tindakan II. Walaupun
hasil yang diperoleh rata-rata dari keseluruhan siswa, 20 siswa (74%)
memperoleh skor minimal 6. Namun, pada tindakan II ini masalah penggunaan ejaan
dan tanda baca masih belum terselesaikan. Kemampuan siswa masih rendah dalam
penggunaan ejaan dan tanda baca. Indikator pada aspek tersebut masih belum
tercapai.
Mengingat masalah tersebut, maka peneliti dan guru
mengambil kesepakatan untuk melakukan tindakan III sebagai upaya pembenahan dan
penajaman tindakan ke II. Sebelum peneliti dan guru membuat perencanaan pada
tindakan III, terlebih dahulu peneliti dan guru mengidentifikasi masalah,
sekaligus menentukan langkah yang akan diambil untuk mengatasinya.
Tindakan III
Dari hasil penelitian, tampaklah bahwa bahwa hasil
tes pasca tindakan sesuai dengan hasil pada siklus ketiga. Dari aspek keutuhan,
karangan siswa sudah cukup urut sesuai dengan gambar. Untuk aspek kepaduan,
karangan karangan siswa juga sudah menggunankan kata penghubung atau kata
sambung yang tepat dan bervariasi. Tidak jauh beda dengan tindakan III,
karangan siswa sudah cukup baik pada penulisan ejaan dan tanda bacanya.[8]
E. Kesimpulan
Refleksi
dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi dan/atau tidak
terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan
tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk
menetapkan langkah lebih lanjut, upaya mencapai tujuan PTK.
Tujuannya
adalah untuk melakukan adaptasi terhadap strategi atau pendekatan atau metode
atau model pembelajaran yang telah diterapkan, lebih memantapkan perencanaan,
dan langkah-langkah tindakan yang lebih spesifik dalam rangka pelaksanaan
tindakan selanjutnya.
Lewat refleksi,
Anda berusaha:
- Memahami
proses, masalah, persoalan, dan kendala-kendala yang nyata dalam tindakan
strategis, dengan mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam
situasi pembelajaran kelas.
- Memahami
persoalan pembelajaran dan keadaan kelas dimana pembelajaran dilaksanakan.
Dalam melakukan refleksi, Anda sebaiknya
juga berdiskusi dengan teman sejawat, untuk menghasilkan rekonstruksi makna
situasi pembelajaran kelas yang telah anda lakukan dan memberikan dasar
perbaikan rencana siklus berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Navel
Oktaviandy, Penelitian Tindakan Kelas
(Suatu Reflektif dalam Perbaikan Kualitas Pembelajaran, dalam http://navelmangelep.wordpress.com/2012/03/19/penelitian-tindakan-kelas-suatu-reflektif-dalam-perbaikan-kualitas-pembelajaran/
diakses pada 4 April 2014 Pukul 20.05 WIB
Taniredja,
Tukiran, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta
Elfanany,
Burhan. 2013. Penalitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Araska
Muslich,
Masnur. 2013. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara
[1] Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2007), hlm. 19
[2] Navel Oktaviandy, Penelitian Tindakan Kelas (Suatu Reflektif
dalam Perbaikan Kualitas Pembelajaran), (http://navelmangelep.wordpress.com/2012/03/19/penelitian-tindakan-kelas-suatu-reflektif-dalam-perbaikan-kualitas-pembelajaran/)
diakses pada 05 April 2014 pukul 20.05 WIB
[3] Tukiran Taniredja dkk, Penelitian Tindakan Kelas,(Bandung:
Alfabeta, 2012). hlm. 41
[4]
Masnur Muslich, Melaksanakan PTK itu Mudah, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), hlm. 93
[5] Burhan Elfanany, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta:
Araska, 2013), hlm. 83
[6] Ibid, hlm.
58-60
[8]
Masnur Muslich, Op. Cit, hlm. 95-98
Tidak ada komentar:
Posting Komentar