Sabtu, 05 Maret 2016

PTK

REFLEKSI TERHADAP IMPLEMENTASI TINDAKAN
DALAM PENELITIAN TINDAKAN KELAS

LOG STAIN.JPG
Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Penelitian Tindakan Kelas
Dosen Pengampu : Arief Efendi, M. Pd.
Disusun Oleh :
1.      Ahmad Arifin Zain                 1123305014
2.      Umi Khasanah                        1123305018
3.      Sahid Riza                               1123305021
4.      Dara Unika An’asyiki             1123305025
5.      Khusnul Umami                      1123305027

Tarbiyah/6 PGMI-A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2014


A.    Pendahuluan
Upaya perbaikan pembelajaran, yang mencakup perbaikan proses beserta dampaknya, dilakukan dengan cara reflektif dan kolaboratif. Perbaikan praktis dilakukan melalui pengaplikasian tindakan disertai proses investigasi yang berulang, sampai pembelajaran ini benar benar membaik. Dalam upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran ini, seorang peneliti tidak dapat atau sulit melakukannya sendiri, akan lebih baik jika berkolaborasi dengan guru. Kolaborasi ini dapat dilakukan dalam keseluruhan proses sejak perencanaan, pelaksanaan PTK, observasi-evaluasi, dan refleksi, dari siklus ke siklus sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian yang bernilai karya. PTK memiliki ciri khusus lainnya, ialah sikap reflektif yang berkelanjutan. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara terus menerus.
Hal ini perlu untuk mendapatkan penjelasan tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurang-efektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaatkan guna memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan lainnya. Pengungkapan kebenaran dilakukan secara cermat dan objektif sehingga kebenaran ilmiahnya dapat dipertanggung jawabkan. Kepraktisan PTK tetap bonafide, karena proses penelitian dilakukan melalui perencanaan kolaboratif, observasi, analisis-evaluatif, dan refleksi yang sistematik dan mendalam.
B.     Pengertian Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yaitu pemantulan.[1]
Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi dan/atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut, upaya mencapai tujuan PTK.
Dengan kata lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya.[2]
Refleksi merupakan kegiatan mengkaji:
·                                         Apa yang telah dan belum terjadi
·                                        Mengapa hal tersebut terjadi
·                                        Apa yang perlu dilakukan selanjutnya.[3]
Refleksi dalam pengertian deskriptif, Anda meninjau ulang dan mengembangkan gambaran tentang :
  • Proses pembelajaran di kelas.
  • Kendala yang dihadapi dalam melakukan tindakan kelas.
  • Apa yang sekarang dilakukan untuk para siswa agar mencapai tujuan perbaikan pembelajaran.[4]
Maka, yang dimaksud dengan refleksi adalah mengulas data secara kritis, terutama yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tindakan kelas, baik pada diri siswa, suasana kelas, maupun pada diri guru.
C.     Tujuan Refleksi dalam PTK
Tujuannya adalah untuk melakukan adaptasi terhadap strategi atau pendekatan atau metode atau model pembelajaran yang telah diterapkan, lebih memantapkan perencanaan, dan langkah-langkah tindakan yang lebih spesifik dalam rangka pelaksanaan tindakan selanjutnya.[5] Selain itu refleksi juga berguna untuk guru supaya dapat mengetahui berhasil atau tidaknya rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Dengan demikian guru peserta dapat menentukan tindak lanjut apa yang harus dilakukan jika ternyata perbaikan pembelajaran yang dilakukan belum sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, para guru atau peneliti harus mempunyai pemahaman dan keterampilan yang memadai dalam merefleksi serta memilih tindak lanjut yang tepat.
D.    Refleksi Terhadap Tindakan Kelas
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat observasi. Keterlibatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat lebih tajam melakukan refleksi dan evaluasi.
Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan shahih.
Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpercaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuanlangkah tindakan selanjutnya.
Refleksi yang tidak tajam akan memberikan umpan balik yang misleading dan bias, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu PTK. Tentu saja kadar ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh ketajaman dan keragaman instrumen observasi yang dipakai sebagai upaya triangulasi data. Observasi yang hanya menggunakan satu instrumen saja akan menghasilkan data yang miskin.
Adapun untuk memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan kelebihan dan kekurangan setiap tindakan ini dijadikan dasar perencanaan siklus selanjutnya. Pelaksanaan refleksi diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam, artinya begitu selesai observasi langsung diadakan refleksi bersama kolaborator.
Seperti yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa penelitian tindakan kelas berjalan melalui siklus-siklus dalam sebuah spiral, dimana setiap siklus terdiri dari 4 tahapan kegiatan yang terus berulang dan meningkat. Yakni sebagai berikut:
  • Membuat perencanaan tindakan.
  • Implementasi atau pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan.
  • Melakukan observasi atau pengamatan atas tindakan perbaikan yang dilakukan.
  • Melakukan refleksi.[6]
Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendikusikan implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi disini sama dengan memantul, seperti halnya memancar dan menatap kena kaca. Dalam hal ini, guru pelaksana sedang memantulkan pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan.
Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum. Dengan kata lain, guru pelaksana sedang melakukan evaluasi diri. Apabila guru pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, yaitu mengamati apa yang ia lakukan, maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut melihatdirinya kembali melakukan dialog untuk melakukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain. Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya rinci sehingga siapa pun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan.
Lewat refleksi, Anda dapat mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Lewat refleksi, Anda berusaha:
  • Memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala-kendala yang nyata dalam tindakan strategis, dengan mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelajaran kelas.
  • Memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas dimana pembelajaran dilaksanakan.
Dalam melakukan refleksi, Anda sebaiknya juga berdiskusi dengan teman sejawat, untuk menghasilkan rekonstruksi makna situasi pembelajaran kelas yang telah anda lakukan dan memberikan dasar perbaikan rencana siklus berikutnya.
Refleksi memiliki aspek evaluatif. Oleh karena itu, dalam melakukan refleksi, Anda hendaknya menimbang-nimbang pengalaman menyelenggarakan pembelajaran dikelas, apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memang diinginkan, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan.
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi.[7]
Sebagai bahan banding, perhatikan analisis data dan refleksi hasil tindakan kelas berikut ini.
v  Analisis Data
Bagian ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya. Pembahasan difokuskan pada peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan dengan menggunakan media komik. Pada tahap pra tindakan hasil menulis karangan yang diperoleh siswa rata-rata kemampuan siswa 33,7%, atau dapat dikatakan kurang dari standar perolehan skor minimal 60%. Kebanyakan siswa hanya mampu melaksanakan 3 indikator pada semua aspek penilaiannya.
Dari 27 siswa subjek penelitian, 6 siswa (22,2%) memperoleh skor 2; 17 siswa (62,9%) memperoleh skor 3; 1 siswa (3,7%) memperoleh skor 4; 3 siswa (11,1%) memperoleh skor 5. Serta tidak ada satu siswa pun (0%) yang memperoleh skor minimal 6.
v  Tindakan I
Pada tindakan I, metode yang digunakan adalah gambar seri sederhana hanya dengan 2 gambar (meskipun hanya gambar seri dengan 2 gambar, tetapi media tersebut sudah merupakan komik). Pada tindakan 1 kemampuan siswa lebih meningkat daripada tes pra tindakan, yaitu sebesar 44,1%. Dari 27 siswa 14,8% siswa yang memperoleh skor minimal 5, dan masih 0% siswa yang memperoleh skor minimal 6 sehingga tindakan I perlu diperbaiki masih pada aspek keutuhan, kepaduan, dan pengguna ejaan serta tanda baca.
v  Tindakan II
Pada tes tindakan II. Media pembelajaran diganti dengan menggunakan gambar komik sederhana, gambar pada tindakan I dicertitakan kembali pada gambar tindakn II dengan lebih mendetail. Hasil tindakan II adalah 74% dari keseluruhan siswa memperoleh skor minimal 6. Tindakan II sebenarnya sudah dapat dinyatakan berhasil. Akan tetapi, permasalahannya siswa masih kurang mampu menggunakan ejaan dan tanda baca sehingga perlu dilanjutkan dengan tindakan III untuk memperbaiki tindakan II.
v  Tindakan III
Pada tindakan III media yang digunakan adalah media komik dengan narasi untuk membantu siswa menggunakan ejaan dan tandabaca. Hasil yang diperoleh pada tindakan III adalah 100% siswa memperoleh skor minimal 6.
1.      Dengan memanfaatkan media gambar seri sederhana pada siklus I ternyata dapat meningkatkan prestsi siswa dalam mengarang atau membuat paragrf  Bahasa Indonesia.
2.      Dengan memanfaatkan media komik sederhana pada sikus II, ternyata lebih meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini terbukti dari hasil mengarang siswa yang lebih terarah.
3.      Dengan memanfaatkan media komik dengan narasi pada sikus III, ternyata lebih meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa berdasarkan aspek keutuhan, kepaduan, serta penggunaan bahasa, ejaan, dan tanda baca.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media komik dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan antusias dan kemampuan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, terutama pembelajaran menulis karangan.
v  Refleksi
Tindakan I
Tindakan I dianggap belum berhasil, karena siswa belum mencapai standar kompetensi yang disyaratkan, yaitu dari keseluruhan siswa, 60% sebaiknya memperoleh skor minimal 6. Oleh karena itu, setelah tindakan berakhir, peneliti dan guru selaku praktisi menganalisis proses dan hasil tindaan I. Masalah-masalah yang ditemukan kemudian dijadikan landaan untuk merencanakan tindakan selanjutnya sebagai langkah perbaikan dari tindakan I ini.
Pada identifikasi masalah I, ditemukan masalah-masalah sebagai berikut:
1.      Siswa masih kesulitan menceritkan gambar secara urut
2.      Penggunaan kata sambung kurang bervariatif dan digunakan secara berulang-ulang.
3.      Ada karangan siswa yang belum tepat pada gambar yang ditunjukan guru.
4.      Siswa kurang bisa menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat dalam karangan, misalnya siswa kurang bisa menggunakan huruf kapital secara tepat dalam karangan.
Faktor yang diduga menjadi timbulnya masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Gambar yng diberikan sebagai media kurang menarik perhatian siswa, apalagi gambarnya terlalu sulit.
2.      Siswa tidak terbiasa menulis dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.
3.      Siswa kurang bisa menggunakan kata penghubung antar kalimat.
Tindakan II
Dilihat dari pencapaian skor setelah tindakan II berakhir. Siswa sudah mencapai hasil yang memuaskan. Akan tetapi, terdapat masalah mendasar yang perlu segera diselesaikan dari tindakan II. Walaupun hasil yang diperoleh rata-rata dari keseluruhan siswa, 20 siswa (74%) memperoleh skor minimal 6. Namun, pada tindakan II ini masalah penggunaan ejaan dan tanda baca masih belum terselesaikan. Kemampuan siswa masih rendah dalam penggunaan ejaan dan tanda baca. Indikator pada aspek tersebut masih belum tercapai.
Mengingat masalah tersebut, maka peneliti dan guru mengambil kesepakatan untuk melakukan tindakan III sebagai upaya pembenahan dan penajaman tindakan ke II. Sebelum peneliti dan guru membuat perencanaan pada tindakan III, terlebih dahulu peneliti dan guru mengidentifikasi masalah, sekaligus menentukan langkah yang akan diambil untuk mengatasinya.
Tindakan III
Dari hasil penelitian, tampaklah bahwa bahwa hasil tes pasca tindakan sesuai dengan hasil pada siklus ketiga. Dari aspek keutuhan, karangan siswa sudah cukup urut sesuai dengan gambar. Untuk aspek kepaduan, karangan karangan siswa juga sudah menggunankan kata penghubung atau kata sambung yang tepat dan bervariasi. Tidak jauh beda dengan tindakan III, karangan siswa sudah cukup baik pada penulisan ejaan dan tanda bacanya.[8]

E.       Kesimpulan
Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi dan/atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut, upaya mencapai tujuan PTK.
Tujuannya adalah untuk melakukan adaptasi terhadap strategi atau pendekatan atau metode atau model pembelajaran yang telah diterapkan, lebih memantapkan perencanaan, dan langkah-langkah tindakan yang lebih spesifik dalam rangka pelaksanaan tindakan selanjutnya.
Lewat refleksi, Anda berusaha:
  • Memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala-kendala yang nyata dalam tindakan strategis, dengan mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelajaran kelas.
  • Memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas dimana pembelajaran dilaksanakan.
Dalam melakukan refleksi, Anda sebaiknya juga berdiskusi dengan teman sejawat, untuk menghasilkan rekonstruksi makna situasi pembelajaran kelas yang telah anda lakukan dan memberikan dasar perbaikan rencana siklus berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Navel Oktaviandy, Penelitian Tindakan Kelas (Suatu Reflektif dalam Perbaikan Kualitas       Pembelajaran, dalam http://navelmangelep.wordpress.com/2012/03/19/penelitian-tindakan-kelas-suatu-reflektif-dalam-perbaikan-kualitas-pembelajaran/ diakses pada 4 April 2014 Pukul 20.05 WIB
Taniredja, Tukiran, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta
Elfanany, Burhan. 2013. Penalitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Araska
Muslich, Masnur. 2013. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara



[1] Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 19
[2] Navel Oktaviandy, Penelitian Tindakan Kelas (Suatu Reflektif dalam Perbaikan Kualitas Pembelajaran), (http://navelmangelep.wordpress.com/2012/03/19/penelitian-tindakan-kelas-suatu-reflektif-dalam-perbaikan-kualitas-pembelajaran/) diakses pada 05 April 2014 pukul 20.05 WIB
[3] Tukiran Taniredja dkk, Penelitian Tindakan Kelas,(Bandung: Alfabeta, 2012). hlm. 41
[4] Masnur Muslich, Melaksanakan PTK itu Mudah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 93
[5] Burhan Elfanany, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Araska, 2013), hlm. 83
[6]  Ibid, hlm. 58-60
[7] Ibid. hlm. 80
[8] Masnur Muslich, Op. Cit, hlm. 95-98

Tidak ada komentar:

Posting Komentar