Disusun
dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata
Kuliah : Evaluasi Pembelajaran
Dosen
Pengampu :
Disusun
Oleh :
1.Ahmad Arifin Zain 1123305001
2.Ongko Purwoko 1123305014
3. Rizka
Anggia N 1123305003
4. Nur Kamilah 1123305042
5. Hanifah 11233050
Tarbiyah/5/PGMI-A
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2013
A.
Pendahuluan
Ketentuan paling penting dalam evaluasi
adalah bahwa hasilnya harus sesuai dengan keadaan yang di evaluasi.Mengevaluasi
dapat di umpamakan sebagai pekrjaan memotret.Gambar potret atau foto di
katakana baik apabila sesuai dengan aslinya.Gambar pemotretan hasil evaluasi
tersebut di dalam kegiatan evaluasi dikenal dengan data evaluasi.Data evaluasi
yang baik sesuai dengan kenyataan disebut dengan valid.Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikn hasil yang tetap.
Validitas dan reliabilitas akan akan
dikupas secara mendalam pada bagian ini, sedangkan mengenai kepraktisan hanya
akan disinggung sedikit.
B.
Validitas
Validitas sering diartikan dengan kesahihan,
sedangkan realibilitas diartikan dengan keterandalan.Suatu alat ukur
disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak mengukur
obyek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan criteria tertentu.Artinya adanya
kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaan pengukuran.[1]
Adapun
jenis-jenis validitas tes yaitu:
1.
Validitas Ramalan
(Predictive Validity)
Validitas
ramalan artinya ketepatan (kejituan) dari pada suatu alat pengukur ditinjau
dari kemampuan tes tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapainya kemudian.Misalnya
suatu tes hasil belajar dapat dikatakan mempunyai validitas ramalan yang tinggi
apabila hasil yang dicapai oleh anak dalam tes tersebut betul-betul dapat
meramalkan sukses tidaknya anak-anak dalam pelajaran-pelajaran yang akan
datang. Cara yang dipergunakan untuk menilai tinggi rendahnya validitas ramalan
ini ialah dengan jalan mencari korelasi antara nilai-nilai yang dicapai oleh
anak-anak dalam tes tersebut dengan nilai-nilai yang dicapainya kemudian.
2.
Validitas Bandingan
(Concurent Validity)
Validitas
bandingan artinya kejituan dari pada suatu tes dilihat dari korelasinya
terhadap kecakapan yang telah dimiliki saat ini secara riil.Cara yang
dipergunakan untuk menilai validitas bandingan ialah dengan jalan
mengkorelasikan hasil-hasil yang dicapai dalam tes tersebut dengan hasil-hasil
yang dicapai dalam tes yang sejenis yang telah diketahui mempunyai validitas
yang tinggi (misalnya tes standar). Tinggi rendahnya koefisienkorelasi yang
diperoleh menunjukan tinggi rendahnya validitas tes yang akan kita nilai
kualitasnya.
3.
Validitas Isi
(Content Validity)
Validitas
isi artinya kejituan dari pada suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut.Suatu
tes hasil belajar dapat dikatakan valid, apabila materi tes tersebut
betul-betul merupakan bahan-bahan yang representative terhadap bahan-bahan
pelajaran yang diberikan.Misalnya apabila kita ingin memberikan tes Bahasa
Inggris kepada anak-anak kelas II, maka item-itemnya harus diambil dari
bahan-bahan pelajaran kelas II. Kalau di dalamnya kita selipkan item-item yang
diambil dari bahan-bahan pelajaran kelas III, maka tes tersebut sudah tidak
valid lagi.
4.
Validitas Susunan
(Construct Validity)
Validitas
susunan artinya kejituan dari pada suatu tes ditinjau dari susunan tes
tersebut. Misalnya kalau kita ingin memberikan tes kecakapan ilmu pasti, kita
harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang benar-benar akan mengukur
kecakapan ilmu pasti, bukan mengukur kemampuan bahasa karena soal itu ditulis
secara berkepanjangan dengan bahasa yang sukar dimengerti.[2]
Cara Mengetahui
Validitas
Tekhnik
yang digunakan adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan
oleh Pearson.
a.
Korelasi Product
Moment dengan simpangan.
Rumus
=


Di mana :
b.
Korelasi Product
Moment dengan angka kasar.
Rumus
=

Di mana
C.
Reliabilitas
Reliabilitas sering diartikan dengan
keterandalan. Artinya suatu tes memiliki keterandalan bilamana tes tersebut
dipakai mengukur berulang-ulang hasilnya sama. Dengan demikian reliabilitas
dapat pula diartikan dengan keajegan atau stabilitas.
Reliabilitas diartikan dengan keajegan
bilamana tes tersebut diujikan berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah
hasil tes pertama dengan tes berikutnya dikorelasikan terdapat hasil korelasi
yang signifikan.
Reliabilitas diartikan dengan stabilitas
bilamana tes itu diujikan dan hasilnya bdiadakan analisis reliabilitas
dengan menggunakan criteria internal dalam tes tersebut.[4]
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mencari taraf reliabilitas dari suatu tes:
1.
Teknik Ulangan
Mencari
reliabilitas suatu tes dengan teknik ulangan ialah dengan jalan memberikan tes
tersebut kepada sekelompok anak-anak dalam dua kesempatan yang berlainan.
2.
Teknik bentuk paralel
Dalam
teknik ini dipergunakan dua buah tes yang sejenis (tetapi tidak identik),
mengenai isinya; proses mental yang diukur, tingkat kesukaran jumlah item dan
aspek-aspek yang lain.
Kedua tes ini diberikan kepada
sekelompok subjek tanpa adanya tenggang waktu.Skor yang diperoleh dari kedua
tes tersebut dikorelasikan.Besar kecilnya koefisien korelasi yang diperoleh
menunjukan reliabilitas daripada tes tersebut.
3.
Teknik belah dua
Dalam
teknik ini, tes yang telah diberikan kepada sekelompok subjek dibelah menjadi
dua bagian.Kemudian tiap-tiap bagian diberikan skor secara terpisah. Ada dua
prosedur yang dapat digunakan untuk membelah dua suatu tes yaitu:
a.
Prosedur ganjil genap,
artinya seluruh item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu kelompok,
dan seluruh item yang bernomor genap menjadi kelompok lain.
b.
Prosedur secara random,
misalnya dengan jalan lotre, atau dengan jalan mempergunakan tabel bilangan
random.
Koefisien korelasi yang dapat diperoleh
dari kedua belahan itu menunjukan reliabilitas dari setengah tes.
Untuk mencari reliabilitas seluruh tes
dipergunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut:
Keterangan:
N= Perbandingan antara panjang tes seluruhnya dengan
panjang tes yang dikorelasikan.
Contoh:
Suatu tes terdiri dari 50
item.Secara random diambil 25 item sebagai belahan pertama dan 25 item sebagai belahan
kedua.Skor yang dicapai oleh pengikut tes pada kedua belahan tersebut
dikorelasikan.Koefisien korelasi yang diperoleh bantara kedua belahan tersebut
adalah 0,627. Maka koefisien korelasi seluruh tes dapat dicari sebagai berikut:
= 

= 
= 
= 0,771.[5]
D.
Hubungan Antara
Validitas dengan Reliabilitas
Umumnya
orang berpendapat bahwa validitas mempunyai hubungan proporsional dengan
reliabilitas.Orang menduga bahwa semakin valid suatu tes, semakin reliable dan
sebaliknya.Dugaan itu tidak sepenuhnya salah, tetapi juga tidak sepenuhnya
betul.
Ada kemungkinan hubungan antara
validitas reliabilitas itu bersifat independent, bebas satu sama lain
dan dapat pula bersifat detrimental.
Bila tes itu heterogen, mungkin
mempunyai reliabilitas keajegan internal rendah, tetapi mempunyai validitas
prediktif yang tinggi. Bila suatu tes bersifat homogeny mungkin sekali
mempertinggi reliabilitas tanpa mempengaruhi validitas, misalnya dengan
menambah item tanpa menambah varians dalam factor umum yang tidak bersangkutan
dengan kriteria.
Tujuan validitas dan reliabilitas
seringkali bersilangan.Bila kita ingin mempunyai suatu tes reliabel sekaligus
valid dengan koefisien tinggi, sering kita mengerjakan pekerjaan yang mempunyai
tujuan bersilangan.Reliabilitas maksimal membutuhkan interkorelasi tinggi antar
item, sedangkan validitas prediktif yang maksimal memerlukan interkorelasi
antar item rendah. Reliabilitas maksimal membutuhkan item dengan tingkat
kesukaran sama, sedangkan validitas prediktif maksimal menuntut tes memiliki
taraf kesukaran berbeda, sehingga perlu kompromi.[6]
E.
Obyektifitas, Praktis,
dan Ekonomis
I.
Obyektifitas
Tes
obyektif sering disebut juga tes dikotomi, karena jawabannya antara benar atau
salah dan skornya antara 1 atau 0.Disebut tes obyektif karena penilaiannya
obyektif. Siapapun yang mengoreksi jawaban tes obyektif hasilnya akan sama
karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif menuntut peserta
didik untuk memilih jawaban yang benar di antara kemungkinan jawaban yag telah
disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau
pernyataan yang belum sempurna.
Macam-Macam Tes Obyektif
a.
Benar-Salah
Bentuk tes
benar-salah adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu
benar atau salah. Salah satu fungsi
bentuk soal benar salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
membedakan antara fakta dengan pendapat.Bentuk soal seperti ini lebih banyak
digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan
hubungan yang sederhana.
Beberapa
petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk B-S yaitu :
·
Dalam meyusun item
bentuk benar salah ini hendaknya jumlah item cukup banyak, sehingga dapat
dipertanggung jawabkan. Sebaliknya, jika jumlah item kurang dari 50, kiranya
kurang dapat dipertanggung jawabkan.
·
Jumlah item yang enar
dan salah hendaknya sama.
·
Berilah petunjuk cara
mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat yang sederhana.
·
Hindarkan pernyataan
yang terlalu umum, kompleks, dan negative.
·
Hindarkan penggunaan
kata yang dapat memberi petunjuk tentang jawaban yang dikehendaki. Misalnya,
biasanya, umumnya, selalu.
b.
Pilihan Ganda
Soal tes bentuk
pilihan-ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belaja yang lebih komleks
danberkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi.Pilihan jawaban terdiri atas jawaban dan kemungkinan jwaban salah
yang dinamakan pengecoh.
c.
Menjodohkan
Soal tes bentuk
menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya
dikumpukan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan
kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban.
d.
Jawaban Singkat dan Melengkapi
Kedua bentuk tes
ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat atau dan angka-angka yang
hanya dapat dinilai benar atau salah.Soal tes bentuk jawaban singkat biasanya
dikemukakan dalam bentuk pertanyaan. Dengan kata lain, soal tersbut berupa
suatu kalimat bertanya yang dapat dijawab dengan singkat, berupa kata, prase,
nama, tempat, nama tokoh, lambang, dan lain-lain.
II.
Praktis dan Ekonomis
Tes memiliki
sifat kepraktisan artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan penggunaan
tes, dan memiliki nilai ekonomik, disamping harus mempertimbangkan kerahasiaan
tes.Jangan sampai hanya atas dasar murahnya dan mudahnya pengolahan hasil
sampai mengorbankan prinsip utamanya yakni validitas dan reliabilitasnya.[7]
F.
Penutup
·
Validitas artinya
adanya kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran
pengukuran.
Adapun
jnis-jenis validitas tes yaitu :
1)
Validitas Ramalan
(Predictive Validity)
2)
Validitas Bandingan
(Concurent Validity)
3)
Validitas Isi
(Content Validity)
4)
Validitas Susunan
(Construct Validity)
·
Reliabilitas sering
diartikan dengan keterandalan. Artinya suatu tes memiliki keterandalan bilamana
tes tersebut dipakai mengukur berulang-ulang hasilnya sama. Dengan demikian
reliabilitas dapat pula diartikan dengan keajegan atau stabilitas.
Ada
beberapa cara yang digunakan untuk mencari taraf reliabilitas suatu tes yaitu :
1)
Teknik Ulangan
2)
Teknik Bentuk Paralel
3)
Teknik belah dua
·
Obyektif karena
penilaiannya obyektif
·
Praktis dan Ekonomis
Tes memiliki
sifat kepraktisan artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan penggunaan
tes, dan memiliki nilai ekonomik, disamping harus mempertimbangkan kerahasiaan
tes.Jangan sampai hanya atas dasar murahnya dan mudahnya pengolahan hasil
sampai mengorbankan prinsip utamanya yakni validitas dan reliabilitasnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Thoha,
Chabib. 1991. Teknik Evaluasi Pendidikan.Jakarta: CV. Rajawali
Nurkancana, Wayan, & Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
[1]Chabib Thoha, M.A, Teknik Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: CV.
Rajawali), 1991, hlm 109
[2] Wayan Nurkancana, Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya:
Usaha Nasional), 1982, hlm 128-130
[4] Chabib Toha,Op.Cit, hlm 118-119
[5]Wayan Nurkancana, Sumartana,Op.Cit, hlm. 131-133
[6] Chabib Thoha, Op. Cit, hlm. 117-118
[7] Chabib Toha, Op.Cit, hal. 109

Tidak ada komentar:
Posting Komentar